A. Teks
Matan Dan Terjemah
إِنَّ
أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِى بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً
ثُمَّ يَكُوْنُ فِى ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ
ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحُ وَيُؤْمَرُ
بِأَرْبَعَ كَلِمَاتٍ بَكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقيٌّ أَوْ
سَعِيْدٌ
Artinya: “Sesungguhnya
penciptaan salah seorang di antara kalian dihimpun di dalam perut ibunya selama
empat puluh hari berupa air mani, kemudian menjadi segumpal darah dalam waktu sama,
kemudian menjadi segumpal daging juga dalam waktu yang sama. Setelah itu,
malaikat diutus untuk meniupkan roh ke dalamnya dan diperintahkan untuk
mencatat empat perkara: mencatat rezekinya, ajalnya, perbuatannya, dan celaka
ataukah bahagia.”[1]
B.
Syarah Al-Hadits
Makna Secara Umum:
Ibnu
Mas’ud menyampaikan suatu hadits yang ia dengar langsung dari Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam tentang khabar ghaib. Karena khabar itu menuntut
keimanan yang tinggi, beliau mendahului penyampaiannya dengan mengingatkan
bahwa Rasul adalah orang yang jujur sekaligus harus dipercaya seluruh
khabarnya.
Manusia mengalami 4 fase pertumbuhan dalam perut ibunya:
§ 40 hari pertama dalam bentuk nutfah (sperma)
§ 40 hari kedua dalam bentuk ‘alaqah (segumpal darah), 40
hari kedua dalam bentuk daging.
Setelah itu, Malaikat diutus Allah untuk meniup ruhnya dan
mencatat 4 hal: rezeki, ajal, amalan, dan keadaan dia (beruntung atau celaka).
Pelajaran-Pelajaran Yang Bisa Diambil Dari Hadits
Ini:
1.
Para perawi
hadits banyak yang meriwayatkan hadits lafadz haddatsana—mencontoh
lafadz yang diucapkan Ibnu Mas’ud dalam hadits ini—untuk menunjukkan bahwa ia
hadir dan mendengar langsung dari orang yang menceritakannya.
2.
Seluruh
berita yang shahih berasal dari Nabi harus diyakini dan dibenarkan meski
tidak terjangkau akal karena beliau adalah al-Shadiqul Mashduq
(yang jujur dan harus dipercaya).
3.
Tahapan
penciptaan manusia di rahim ibunya:
ü
40 hari
pertama nutfah
ü
40 hari
kedua segumpal darah
ü
40 hari
ketiga segumpal daging
4.
Ditiupkan
ruh pada janin setelah berusia 3 x 40 hari = 120 hari = 4 bulan.
Setelah 4 bulan inilah berlakulah baginya hukum manusia. Jika terjadi keguguran janin, maka dilihat keadaan:
Setelah 4 bulan inilah berlakulah baginya hukum manusia. Jika terjadi keguguran janin, maka dilihat keadaan:
ü
sebelum 120
hari: tidak perlu dimandikan, dikafani, dan disholatkan.
ü
setelah 120
hari: dimandikan, dikafani, dan disholatkan.
Jika janin
yang keluar saat keguguran bentuknya sudah seperti manusia, maka berlakulah
hukum nifas. Jika tidak, maka hukumnya seperti darah istihadhah (penyakit). (Penjelasan
Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin).
5.
Beriman
terhadap Malaikat. Ada Malaikat yang bertugas untuk meniup ruh pada janin dan
mencatat 4 hal: rezeki, ajal, amalan, dan keadaannya (beruntung atau celaka).
6.
Beriman
terhadap catatan takdir.
Para Ulama menjelaskan bahwa berdasarkan lingkupnya, pencatatan
takdir terbagi menjadi 4:
a.
Pencatatan
di Lauhul Mahfudzh
Catatan
induk. Berisi catatan takdir segala sesuatu. Ditulis 50.000 tahun sebelum diciptakannya
langit dan bumi. Catatan ini tidak ada yang tahu kecuali Allah, dan tidak akan
berubah sedikitpun
b.
Pencatatan
dalam lingkup umur perorangan
Ini adalah
catatan Malaikat, seperti yang disebutkan dalam hadits ini tentang 4 hal:
rezeki, ajal, amalan, dan keadaannya (beruntung atau celaka) terhadap janin
yang masih berada di perut ibunya.
c.
Pencatatan
dalam lingkup tahunan
Dilakukan
setiap Lailatul Qodar, berisi catatan segala sesuatu yang akan terjadi dalam
waktu setahun ke depan (hingga Lailatul Qodar berikutnya), disebutkan dalam
surat ad-Dukhkhan: 3-4.
d.
Pencatatan
dalam lingkup harian
Disebutkan
dalam surat ar-Rahman ayat 29, Allah meninggikan derajat suatu kaum atau
merendahkannya, membentangkan rezeki atau menyempitkannya, dan sebagainya. Hal
itu berlangsung tiap hari.perubahan catatan takdir yang masih memungkinkan
terjadi pada catatan yang ada di Malaikat, sedangkan yang Lauhul Mahfudzh tidak
akan pernah berubah.
1)
Akhir
kehidupan seseorang akan berujung pada dua hal: beruntung atau celaka. Orang yang
beruntung adalah yang masuk ke dalam surga, sebaliknya yang celaka adalah yang
masuk ke dalam neraka. Tidak ada keadaan ketiga.
2)
Seseorang
tidak boleh merasa bangga diri ketika ia banyak beribadah dan sering mengisi
hari-harinya dengan ketaatan. Harus diiringi dengan perasaan takut dan khawatir
jangan sampai mengalami su-ul khatimah (akhir kehidupan
yang buruk).
3)
Seseorang
yang sedang terjerumus dalam lumpur dosa tidak boleh berputus asa dari rahmat
Allah, hendaknya ia bersemangat untuk bertaubat dan memperbanyak amal shalih
dengan harapan meninggal dalam keadaan husnul khatimah (akhir
kehidupan yang baik).
4)
Akhir
kehidupan sangat menentukan kebahagiaan atau kesengsaraan seseorang nanti di
akhirat.[2]
C. Ayat
Al-Qur`An Tentang Penciptaan Manusia
1. Surat
As-Sajdah ayat 7 – 9:
2. Surat
Al-Mukminun ayat 4 – 8
3. Surat Al
Haj ayat 5-6
4.
Surat Al Furqon ayat 54
5.
Surat Al ‘Alaq ayat 2
6. Surat Al
Insan ayat 2
7.
Surat At Tin ayat 4
8.
Surat AL Isra ayat 70
9.
Surat An Nahl ayat 78
10. Surat Al
Baqoroh ayat 30
11. Surat Al
An’am ayat 165
12. Surat
Yunus ayat 14
13. Surat Adz
Dzariat ayat 56