Sebelumnya pembahasan
ini telah diuraikan oleh M Lili Nur Aulia di Majalah Tarbawi edisi 277
bab Nasihat Nurani, semoga menjadi ladang pahala bagi Bapak dan insya
Allah saya di sini akan lebih menjelaskan tentang karakteristik dosa
yang terus mengalir tersebut.
Alangkah baiknya pula ilmu yang bermanfaat ini, kita sampaikan kembali sehingga ganjaran yang didapat pun bisa berlipat ganda bahkan mengalir walaupun kita sudah masuk liang lahat. Semoga Allah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Alangkah baiknya pula ilmu yang bermanfaat ini, kita sampaikan kembali sehingga ganjaran yang didapat pun bisa berlipat ganda bahkan mengalir walaupun kita sudah masuk liang lahat. Semoga Allah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Kita
mungkin sudah sering mendengar tentang amalan yang pahalanya tidak akan
terputus sekalipun ruh yang telah memasuki alam barzakh. Tapi coba kita
renungkan kembali, apa yang tersirat di pikiran kita kalau pahala yang
terus mengalir itu dibarengi dengan dosa yang terus mengalir pula,
ataupun dosa yang berlipat ganda namun pahala yang didapat sama sekali
tidak ada.
Sungguh ini merupakan peringatan besar buat kita semua untuk
kembali bermuhasabah diri dan merenungkan kembali semua amalan yang
telah kita persembahkan kepada Allah SWT.
Yang
menjadi sebuah pertanyaan besar di benak kita adalah “apakah ada dosa
yang bisa mengalir sampai liang lahat? Dosa apakah itu?”. Coba kita
sama-sama pahami firman Allah dalam surat Yaasin ayat 12 ini
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
“Sesungguhnya
Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah
mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala
sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh)”.
Allah mengisyaratkan dalam kata وَآثَارَهُمْ yang
berarti “bekas-bekas yang mereka tinggalkan”. Apa maksud dari “bekas
bekas yang mereka tinggalkan?”. Para ulama telah sepakat bahwa seorang
manusia yang meninggal dunia akan termasuk dalam 2 kategori sebagai
berikut:
- Kategori seseorang yang meninggal dunia, kemudian terputus semua amal kebaikan dan keburukannya. Dalam hal ini berarti hanya amal dan perbuatan di dunia yang akan menentukan dirinya apakah masuk surga atau neraka, apakah nikmat kubur ataukah siksa kubur yang ia dapatkan.
- Kategori seseorang yang meninggal dunia, tetapi masih
tetap mengalir pahala ataupun dosa. Dalam hal ini seseorang bisa
mengalami salah satu dari beberapa kategori berikut:
- Pahala yang terus mengalir, mungkin sudah sering kita dengar tentang 3 amalan yang pahalanya terus mengalir walaupun seorang hamba tersebut sudah masuk alam kubur yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih/ah yang senantiasa mendoakan orang tuanya.
- Pahala dan dosa yang terus mengalir, kategori ini akan bergantung pada timbangan amal baik dan buruknya, lebih berat mana antara dosa dan pahalanya.
- Dosa yang terus mengalir, kategori inilah yang akan kita bahas sebagaimana dalam surat yaasin tadi bahwa ada bekas yang ditinggalkan dari dosa-dosa tersebut.
Allah SWT
pernah menjelaskan dalam surah An-Nahl ayat 25 yang artinya “menyebabkan
mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat,
dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak
mengetahui sedikit pun. Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul
itu”
Rasulullah SAW pernah bersabda
“Barang siapa yang melakukan tradisi buruk dalam Islam maka atasnya
balasannya dan balasan orang yang melakukan keburukan itu tanpa
mengurangi sedikit pun balasan keburukan atas mereka” (HR Muslim).
Imam
Abu Hamid pernah berkata pula dalam kitab Ihya Ulumuddin, “Beruntunglah
orang-orang yang apabila ia mati, mati bersama dosa-dosanya. Maka
kesengsaraan panjanglah bagi orang yang mati tapi dosa-dosanya tidak
mati selama ratusan tahun atau lebih lama dari itu yang membuatnya
tersiksa dalam kuburnya” (Ihya Ulumuddin 2/73).
Dari
ketiga uraian tersebut sudah dapat kita simpulkan bahwa dosa itu dapat
mengalir sebagaimana pahala sampai kita memasuki liang lahat. Tapi dosa
apa yang membuat seseorang itu tersiksa dalam kuburnya?
Coba
kita pahami kembali hadits Rasulullah SAW dari uraian di atas dapat
kita ambil kesimpulan bahwa dosa yang dimaksud adalah membuat tradisi
buruk dalam Islam atau yang lebih tepatnya lagi yaitu bid’ah. Namun
tentunya bid’ah yang dimaksud adalah bid’ah yang keluar dari syariat
Islam. Lain halnya dengan bid’ah hasanah.
Membuat
tradisi buruk dalam Islam ini bukan hanya bid’ah tapi ajaran yang
menyimpang dari syariat Islam pun bisa termasuk dalam kategori yang
disebutkan oleh Rasulullah sebagai tradisi yang buruk. Ajaran masih
bersifat umum, kalau kita melirik dari sifat khususnya ajaran ini bisa
dikatakan sebagai ilmu, pelajaran, tulisan, ide, teori, pemikiran, hukum
dan masih banyak lagi yang intinya ajaran itu bisa diamalkan oleh orang
lain.
Bilamana tradisi yang kita sampaikan itu baik atau sesuai dengan
syariat Islam maka yang akan kita dapatkan adalah pahala yang tiada
putu-putusnya dan apabila tradisi yang kita ajarkan ataupun yang kita
sebarkan itu buruk atau menyimpang dari syariat Islam maka dosalah yang
akan kita pikul. Bukan dosa kita saja yang akan kita dapatkan tapi dosa
seluruh manusia yang mengamalkan dan mengikuti tradisi buruk yang kita
sampaikan, na’udzubillahi mindzalik.
Maka
dalam forum ini saya ingin mengingatkan kepada seluruh kaum muslimin
wabilkhusus kepada para muballigh, para da’i, para guru, orang tua, para
penulis, para motivator dan umumnya kepada seluruh umat Islam di
seluruh penjuru dunia untuk kembali bermuhasabah diri, merenungkan
kembali ilmu, teori, tulisan, ide, pemikiran dan sebagainya yang pernah
kita sampaikan kepada anak didik kita kepada murid-murid kita, boleh
jadi ajaran yang kita sampaikan adalah sesuatu yang menyimpang dari
syariat Islam.
Boleh jadi buku-buku hasil olah pikir kita adalah bid’ah
yang jelas-jelas sebagai tradisi buruk dalam Islam. Boleh jadi postingan
yang kita kirim ke sebuah situs adalah sebuah pemikiran yang justru
jauh dari ajaran Islam. Maka dari itu marilah kita sama-sama saling
mengingatkan saling mengoreksi diri, alangkah lebih baiknya sebelum kita
mengajarkan ilmu sebelum kita menulis untuk penerbitan buku ataupun
yang lainnya, kita cek kembali seluruh ilmu kita, kalaupun itu hadits
kita cek sanadnya ataupun seorang motivator periksa kembali teori yang
kita sampaikan. Dan kalaupun itu sudah terlanjur kita sampaikan maka
segeralah bertaubat dengan taubat yang sebaik-baiknya sebagaimana Allah
SWT berfirman dalam surat at Tahrim ayat 8
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ لا يُخْزِي اللَّهُ
النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ
أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا
نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya
mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Dalam
ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan menutupi semua kesalahan (dosa)
jikalau hambanya tersebut mau bertaubat dengan taubat yang
semurni-murninya (taubatannasuuha).
Maka sangat jelaslah bahwa maksud Allah dari وَآثَارَهُمْ ini
adalah ajaran atau tradisi yang buruk dalam Islam yang pernah kita
sampaikan yang membuat dosa itu terus mengalir.
Maka dari itu mari kita
sama-sama bertaubat karena kita yakin bahwa Allah maha pengampun dan
maha pemaaf kepada hamba-hambanya yang selalu memohon dan meminta
ampunan dari kasih sayang dari-Nya. Teruslah bermuhasabah agar ilmu yang
kita sampaikan adalah ladang pahala yang tiada putus-putusnya bukan
dosa yang terus mengalir. Wallahu a’lam bisshawab.

