Riya’
dan sum’ah merupakan perbuatan tercela dan merupakan syirik kecil yang
hukumnya haram. Riya’ sebagai salah satu sifat orang munafik yang
seharusnya dijauhi oleh orang mukmin. Simak QS. An Nisa’ : 142 :
إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ
إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ
يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً
Artinya : “Sesungguhnya
orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan
malas, mereka bermaksud riya’ ( dengan shalat itu ) dihadapan manusia,
dan tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali.”
Dalam
sebuah hadis, Rasulullah bercerita, ”Di hari kiamat nanti ada orang
yang mati syahid diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu
orang itu melakukan protes, ‘Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid
dalam perjuangan membela agama-Mu, mengapa aku dimasukkan ke neraka?’
Allah menjawab, ‘Kamu berdusta dalam berjuang.
Kamu hanya ingin
mendapatkan pujian dari orang lain, agar dirimu dikatakan sebagai
pemberani. Dan, apabila pujian itu telah dikatakan oleh mereka, maka
itulah sebagai balasan dari perjuanganmu’.”
Orang
yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena
Allah SWT, dalam agama disebut riya. Sepintas, sifat riya merupakan
perkara yang sepele, namun akibatnya sangat fatal. Sifat riya dapat
memberangus seluruh amal kebaikan, bagaikan air hujan yang menimpa debu
di atas bebatuan. Allah SWT berfirman :
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُوراً
Artinya
: ”Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan
amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan”. (QS. Al-Furqan : 23)
Abu Hurairah r.a. juga pernah mendengar Rasulullah bersabda :
”Banyak
orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu
kecuali lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat
malam yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman.”
Begitu
dahsyatnya penyakit riya ini, hingga pernah seseorang bertanya kepada
Rasulullah, ”Apakah keselamatan itu?” Jawab Rasulullah, ”Apabila kamu
tidak menipu Allah.” Orang tersebut bertanya lagi, ”Bagaimana menipu
Allah itu?” Rasulullah menjawab, ”Apabila kamu melakukan suatu amal yang
telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu, maka kamu
menghendaki amal itu untuk selain Allah.”
Meskipun
riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya oleh
penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang
benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari
manusia atau tujuan lainnya, baik dalam masalah ibadah, muamalah,
ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya berbeda-beda antara satu dan
lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan amaliyahnya, ibadah,
dan segala aktivitasnya di hadapan manusia.
Secara
tegas Rasulullah pernah bersabda, ”Takutlah kamu kepada syirik kecil.”
Para shahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan
syirik kecil?” Rasulullah berkata, ”Yaitu sifat riya. Kelak di hari
pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya,
‘pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian pernah memperlihatkan
amal kalian kepada mereka semasa di dunia. Lihatlah apakah kalian
memperoleh imbalan pahala dari mereka’
Antara amal perbuatan yang diredhai oleh Allah dengan amal perbuatan riya’ dapat dibedakan sebagai berikut :
Amal perbuatan yang diridhai Allah
a. Niat karena Allah
b. Ikhlas
c. Sesuai dengan kemampuan
d. Tidak pilih kasih
e. Rahmat bagi seluruh alam
Amal perbuatan riya’
a. Niat bukan karena Allah
b. Tidak ikhlas
c. Mengada-ada
d. Pilih kasih
e. Ingin dipuji
f. Mengharap imbalan
Dilihat dari bentuknya, ria dapat digolongkan 2 macam, yaitu :
a. Ria dalam niat
Ria
yang berkaitan dengan hati, maksud ria dalam niat, yaitu sejak awal
perbuatan bahkan yang dilakukannya tidak didasari ikhlas sebelumnya
sudah didasari ria. Yang mengetahui hanya Allah SWT dan dirinya saja.
Apabila seseorang ingin melakukan amal perbuatan baik atau tidak
tergantung pada niat. Rasulullah Saw. bersabda :
ﺳَﻤِﻌْﺖُﻋُﻤَﺮَﭐﺑْﻦَﭐﻟْﺨَﻄﱠﺎﺏﻗَﺎﻝَﻋَﻠَﻰﭐﻟْﻤِﻨْﺒَﺮﺳَﻤِﻌْﺖُﺭَﺳُﻮْﻝَﺹﻉﻳَﻘُﻮْﻝُِِﺇِﻧﱠﻤَﺎﺍْﻻَﻋْﻤَﺎﻝُﺑِﺎﻟﻨﱢﻴﱠﺎﺕِﻭَﺇِﻧﱠﻤَﺎﻟِﻜُﻞﱢﺍﻣْﺮِﺉٍﻣَﺎﻧَﻮَﻯ
( متفق عليه)
Artinya : “aku mendengar Umar bin al Khaththab berkata di atas mimbar, ‘aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan”. (H.R.Bukhari Muslim)
b. Ria dalam perbuatan
Yaitu
memamerkan atau menunjukkan perbuatan di depan orang banyak, agar
perbuatan tersebut dipuji, diperhatikan, dan disanjung orang lain.
Di
antara contoh riya dalam perbuatan, bila seorang pelajar terlihat
belajar dengan sungguh-sungguh hanya karena ingin mendapat nilai yang
bagus. Dan dia melakukan hal itu kepada orang tuanya hanya karena ingin
mendapatkan apa yang dia minta dari orang tuanya cepat-cepat terkabul.
Beberapa penjelasan Allah SWT dalam Al Qur’an sehubungan dengan riya’ dalam perbuatan antara lain :
a).
Melakukan ibadah shalat tidak untuk mencapai keridlaan Allah SWT,
tetapi mengaharapkan pujian, popularitas di masyarakat. Allah berfirman
dalam Q.S. Al Ma’un : 4-6 :
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ. الَّذِينَ هُمْ يُرَاؤُونَ
Artinya
: “Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang
yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya”.
b).
Bersedekah didasari riya laksana riya’ batu licin yang di atasnya ada
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih.
Firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah : 264 :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ
وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ
بِاللّهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ
فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ يَقْدِرُونَ
عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Artinya
: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti
orang yang menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan
dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang
itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak
memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.
c).
Allah melarang pergi berperang didasari riya’ dan menghalangi (orang)
lain menempuh jalan Allah (sabilillah). Allah berfirman dalam Q.S. Al
Anfaal : 47 :
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ خَرَجُواْ مِن دِيَارِهِم بَطَراً وَرِئَاء النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ وَاللّهُ بِمَا
يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Artinya
: Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung
halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang (ria) serta
menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang
mereka kerjakan.
Beberapa ciri orang yang mempunyai sifat riya’ dalam perbuatan :
a. Tidak akan berbuat baik jika tidak dilihat orang lain atau tidak ada imbalan baginya
b. Melakukan amal saleh tanpa dasar, hanya ikut-ikutan.
c. Tampak rajin penuh semangat jika amal perbuatannya dilihat atau dipuji-puji orang.
d. Ucapannya selalu menunjukkan bahwa dia yang paling hebat, paling tinggi dan paling mampu.
Bahaya-bahaya yang ditimbulkan dari sikap riya’ adalah :
a. Terhadap diri sendiri :
1).
Selalu tidak ada puasnya, sekalipun hidupnya sudah berkecukupan
sehingga berpotensi untuk korupsi dan mengambil hak orang lain
2). Selalu ingin dipuji dan dihormati
3). Ketidakpuasan, sakit hati dan penyesalan ketika lain tidak dihargai.
4). Sombong dan membanggakan diri
5). Tidak dapat bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah dan dalam berinteraksi
dengan sesama manusia.
6). Menyesal jika telah melakukan perbuatan baik hanya karena tidak ada orang lain yang
melihatnya atau tidak ada imbalannya
7). Jiwanya akan terganggu karena kegelisahan/keluh kesah yang tiada henti
8). Di akhirat akan dicampakkan ke dalam api neraka.
b. Terhada orang lain
1). Berpotensi saling bermusuhan, karena ia mengungkit apa yang yang diberikannya kepada
orang lain.
2). Memamerkan amalnya kepada orang lain, sehingga orang lain menjadi benci dan tidak
senang terhadapnya
3). Sikap dan perilakunya yang ria akan berpotensi menimbulkan pertikaian dan akhirnya
menimbulkan pengrusakan
Tanda-tanda riya’
Tanda-tanda
penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata
beliau, ”Orang yang riya itu memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal
ketika sendirian dan giat beramal ketika berada di tengah-tengah orang
ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi
amaliyahnya ketika dirinya dicela.”
Kebiasaan yang dapat menghindari perbuatan riya
a. Memfokuskan niat ibadah (ikhlas) hanya semata-mata karena Allah SWT
b. Membiasakan diri membaca basmallah sebelum memulai pekerjaan
c. Membiasakan menjaga lisan saat bekerja
d. Membiasakan diri menolong atau membantu pekerjaan orang lain tanpa harus disuruh
dan meminta imbalan
e. Membiasakan bersedekah atau mengeluarkan infaknya setiap mendapat rezeki atau
kesenangan
f. Membiasakan diri untuk bersyukur kepada Allah SWT
Allah SWT berfirman :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya
: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
(Q.Ibrahim : 7)

