SALAH satu tanda kiamat dengan jelas disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist Nabi Muhammad saw adalah Yakjuj dan Makjuj.
Firman Allah, “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya ’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang- orang yang kafir. (Mereka berkata): ‘Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang- orang yang zhalim.” (Al-Anbiya ’: 96-97).
Tafsir Al Anbiya Ayat 96-112
Ayat 96-100: Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj merupakan tanda dekatnya hari Kiamat.
حَتَّى
إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ
يَنْسِلُونَ (٩٦) وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ
شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي
غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ (٩٧) إِنَّكُمْ وَمَا
تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنْتُمْ لَهَا
وَارِدُونَ (٩٨) لَوْ كَانَ هَؤُلاءِ آلِهَةً مَا وَرَدُوهَا وَكُلٌّ
فِيهَا خَالِدُونَ (٩٩) لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَهُمْ فِيهَا لا
يَسْمَعُونَ (١٠٠)
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 96-100
96. [1]Hingga apabila (tembok) Ya'juj dan Ma'juj dibukakan dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.
97. Dan (apabila) janji yang benar telah dekat[2], maka tiba-tiba mata orang-orang yang kafir terbelalak[3]. (Mereka berkata), "Alangkah celakanya kami! Kami benar-benar lengah tentang ini[4], bahkan kami benar-benar orang yang zalim[5].”
98. [6]Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah[7], adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.
99. Seandainya (berhala-berhala) itu tuhan[8], tentu mereka tidak akan memasukinya (neraka)[9]. Tetapi semuanya akan kekal di dalamnya.
100. Mereka merintih dan menjerit di dalamnya (neraka)[10] dan mereka di dalamnya tidak dapat mendengar[11].
Ayat 101-103: Selamatnya kaum mukmin dari neraka dan keamanan mereka pada hari yang sangat dahsyat, yaitu hari Kiamat.
إِنَّ
الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا
مُبْعَدُونَ (١٠١) لا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا وَهُمْ فِي مَا اشْتَهَتْ
أَنْفُسُهُمْ خَالِدُونَ (١٠٢) لا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ
وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ
تُوعَدُونَ (١٠٣
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 101-103
101. Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik dari Kami[12], mereka itu akan dijauhkan (dari neraka).
102. Mereka tidak mendengar bunyi desis (api neraka)[13], dan mereka kekal dalam menikmati semua yang mereka inginkan[14].
103. Kejutan yang dahsyat tidak membuat mereka merasa sedih[15], dan para malaikat akan menyambut mereka[16] (dengan ucapan), "Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu[17].”
Ayat 104-106: Di antara bukti kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang saleh.
يَوْمَ
نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ كَمَا بَدَأْنَا
أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ
(١٠٤) وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ
الأرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ (١٠٥) إِنَّ فِي هَذَا
لَبَلاغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ (١٠٦
104. [18](Ingatlah)
pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran
kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama[19], begitulah Kami akan mengulanginya lagi[20]. Suatu janji yang pasti Kami tepati; Sungguh, kami akan melaksanakannya[21].
105. Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur[22] setelah (tertulis) di dalam adz dzikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini[23] akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh[24].
106.
Sungguh, (apa yang disebutkan) di dalam (Al Qur’an) ini, benar-benar
menjadi petunjuk (yang lengkap) bagi orang-orang yang menyembah (Allah)[25].
Ayat
107-112: Risalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan
rahmat bagi alam semesta, di sana diserukan satu kesatuan yang
menyingkirkan berbagai perbedaan, yaitu risalah tauhid.
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (١٠٧) قُلْ إِنَّمَا يُوحَى
إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
(١٠٨) فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ آذَنْتُكُمْ عَلَى سَوَاءٍ وَإِنْ أَدْرِي
أَقَرِيبٌ أَمْ بَعِيدٌ مَا تُوعَدُونَ (١٠٩) إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ
مِنَ الْقَوْلِ وَيَعْلَمُ مَا تَكْتُمُونَ (١١٠) وَإِنْ أَدْرِي لَعَلَّهُ
فِتْنَةٌ لَكُمْ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ (١١١) قَالَ رَبِّ احْكُمْ
بِالْحَقِّ وَرَبُّنَا الرَّحْمَنُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ
(١١٢
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 107-112
107. [26]Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.
108.
Katakanlah (Muhammad), "Sungguh, apa yang diwahyukan kepadaku ialah
bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka apakah kamu telah berserah
diri (kepada-Nya) [27]?”
109. Jika mereka berpaling[28], maka katakanlah (Muhammad), "Aku telah menyampaikan kepadamu (azab) yang kita ketahui bersama[29], dan aku tidak tahu apakah yang diancamkan kepadamu[30] itu sudah dekat atau masih jauh[31]."
110. Sungguh, Dia (Allah) mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan[32], dan mengetahui pula apa yang kamu rahasiakan.
111. Dan aku tidak tahu, boleh jadi hal itu[33] cobaan bagi kamu[34] dan kesenangan sampai waktu yang ditentukan.
112. Dia (Muhammad) berkata, "Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil[35]. Dan Tuhan kami Maha Pengasih tempat memohon segala pertolongan[36] atas semua yang kamu katakan[37].”
[1]
Ayat ini merupakan tahdzir (peringatan) dari Allah kepada manusia agar
mereka berhenti dari kekafiran dan kemaksiatan, dan bahwa sesungguhnya
telah dekat waktu keluarnya Ya’juj dan Ma’juj; kedua kabilah besar dari
keturunan Adam yang telah dibuat dinding besar oleh Dzulqarnain ketika
manusia pada waktu itu mengeluhkan kepadanya tentang pengrusakan mereka
di muka bumi. Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj merupakan tanda besar hari
kiamat yang menunjukkan sudah sangat dekatnya hari kiamat. Mereka akan
keluar dari tempat-tempat tinggi dengan bersegera dan mengadakan
kerusakan di muka bumi, mengalahkan manusia dan tidak ada yang sanggup
memerangi mereka. Oleh karena itulah Nabi Isa ‘alaihis salam beserta
pengikutnya berlindung di balik gunung, hingga kemudian Beliau berdoa
kepada Allah agar mereka dibinasakan.
[2] Yaitu hari kiamat.
[3] Karena dahsyatnya.
[4] Yakni tentang hari kiamat sehingga mereka tidak beramal saleh dan mengisi hidup mereka dengan bersenang-senang.
[5]
Karena mendustakan para rasul. Ketika hari kiamat itulah, mereka dan
apa yang mereka sembah selain Allah dihadapkan ke neraka dan siap
menjadi bahan bakarnya, nas’alullahas salaamah wal ‘aafiyah.
[6]
Imam Thahawi meriwayatkan dalam Musykilul Atsar dengan sanadnya yang
sampai kepada Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, “Ada ayat
dalam kitabullah yang tidak ditanyakan kepadaku oleh orang-orang dan aku
tidak mengetahui, apakah mereka sudah mengetahui maksudnya sehingga
tidak bertanya.” Lalu dikatakan, “Ayat apa itu?” Ia menjawab, “Yaitu
ketika turun ayat, “Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.”
Ayat ini terasa berat bagi penduduk Mekah. Mereka berkata, “Muhammad
telah mencaci-maki tuhan-tuhan kita.” Lalu Ibnuz Zab’ariy bangkit dan
berkata, “Ada apa dengan kamu?” Mereka menjawab, “Muhammad telah
mencaci-maki tuhan-tuhan kita.” Ibnuz Zab’ariy berkata, “Apa yang ia
ucapkan.” Mereka menjawab, “Dia (Muhammad) berkata, ““Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.”
Ia (Ibnuz Zab’ariy) berkata, “Panggillah dia kepadaku.” Maka
dipanggilah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Ibnuz
Zab’ariy berkata, “Wahai Muhammad, apakah (ayat) ini ditujukan kepada
tuhan-tuhan kami saja atau untuk semua yang disembah selain Allah?”
Beliau menjawab, “Bahkan untuk semua yang disembah selain Allah ‘Azza wa
Jalla.” Ibnuz Zab’ariy berkata, “Kami akan pertentangkan hal itu, demi
Tuhan pemilik bangunan ini. Wahai Muhammad, bukankah engkau mengatakan
bahwa Isa adalah hamba yang saleh dan ‘Uzair adalah hamba yang salih,
demikian pula para malaikat adalah hamba yang saleh?”Beliau menjawab,
“Ya.” Ibnuz Zab’ariy berkata, “(Bukankah) Orang-orang Nasrani menyembah
Isa, orang-orang Yahudi menyembah ‘Uzair, dan Bani Mulaih ini menyembah
malaikat?” Penduduk Mekah pun bersorak karenanya, maka turunlah ayat, “Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik dari Kami, mereka itu akan dijauhkan (dari neraka.” (Terj. Al Anbiyaa’: 101) Demikian pula turun ayat, “Dan ketika putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya.” (Terj. Az Zukhruf: 57). Hadits ini menurut Syaikh Muqbil adalah shahih lighairih.
[7]
Sesembahan orang musyrik yang masuk ke dalam neraka adalah patung,
berhala dan orang yang disembah sedang dirinya ridha. Adapun Nabi Isa
‘alaihis salam yang disembah orang-orang Nasrani, ‘Uzair yang disembah
orang-orang Yahudi dan para malaikat yang disembah oleh sebagian
musyrikin, maka mereka tidak masuk neraka, karena mereka tidak ridha
disembah dan mereka tergolong ke dalam ayat 101 di surah ini.
[8] Sebagaimana yang kamu sangka.
[9]
Inilah hikmah mengapa sesembahan mereka dimasukkan pula ke dalam
neraka, agar jelas bagi mereka bahwa semua itu tidak pantas disembah.
[10]
Karena dahsyatnya azab. Ibnu Abi Hatim menyebutkan, bahwa Ibnu Mas’ud
berkata, “Apabila sudah tinggal orang-orang yang kekal di neraka, maka
mereka ditaruh ke dalam peti-peti dari api, di dalamnya ada paku-paku
dari api, sehingga salah seorang di antara mereka tidak melihat ada
orang selainnya yang diazab di neraka,” kemudian Ibnu Mas’ud membacakan
ayat, “Mereka merintih dan menjerit di dalamnya (neraka) dan mereka di dalamnya tidak dapat mendengar.”
[11]
Mereka tuli, bisu dan buta atau maksudnya mereka tidak mendengar selain
suara neraka karena besarnya suara gejolaknya, rintihannya dan
marahnya.
[12]
Yakni orang-orang yang telah dicatat tergolong orang-orang bahagia
dalam ilmu Allah, dalam Al Lauhul Mahfuzh, sehingga dimudahkan-Nya
mereka di dunia mengerjakan amal saleh.
[13] Karena jauhnya mereka dari neraka.
[14]
Berupa makanan, minuman, perkawinan dan pemandangan, di mana mereka
mendapatkan kenikmatan yang belum pernah mereka lihat, belum pernah
mereka dengar dan belum pernah terlintas di hati mereka.
[15]
Maksudnya, kejutan pada hari kiamat tidaklah membuat mereka sedih dan
gelisah. Yang demikian adalah ketika neraka didekatkan kepada manusia,
maka ia menampakkan kemarahannya kepada orang-orang kafir dan pelaku
maksiat. Ketika itu, manusia terkejut, sedangkan orang-orang mukmin
tidak sedih dan gelisah karena mereka mengetahui apa yang akan mereka
hadapi dan bahwa Allah akan mengamankan mereka dari kekhawatiran.
[16] Ketika mereka bangkit dari kubur.
[17]
Oleh karena itu, bergembiralah dengan karamah (kemuliaan) yang akan
diberikan kepadamu dan bersenanglah karena Allah mengamankan kamu dari
hal yang dikhawatirkan dan hal yang tidak diinginkan.
[18]
Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan, bahwa pada hari kiamat Dia
melipat langit yang luas dan besar ini seperti melipat atau menggulung
lembaran kertas, lalu bintang-bintangnya berserakan, matahari dan bulan
dilipat dan menyingkir dari tempatnya.
[19] Dari yang sebelumnya tidak ada.
[20] Yakni mengulangi kembali penciptaan seperti mengawali penciptaan.
[21] Maksudnya, akan melaksanakan janji tersebut karena sempurnanya kekuasaan-Nya.
[22]
Yang dimaksud dengan Zabur di sini adalah seluruh kitab yang diturunkan
Allah kepada nabi-nabi-Nya. Sebagian ahli tafsir mengartikan dengan
kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud ‘alaihis salam, sedangkan Adz
Dzikr adalah kitab Taurat. Ada pula yang menafsirkan adz dzikr dengan
Lauh Mahfuzh.
[23]
Ada yang menafsirkan dengan surga, dan ada pula yang menafsirkan dengan
bumi yang kita tempati ini, yakni bahwa orang-orang saleh akan Allah
berikan kekuasaan di muka bumi sebagaimana yang disebutkan dalam surah
An Nuur: 55.
[24] Yaitu mereka yang mengerjakan perintah dan menjauhi larangan.
[25] Dengan petunjuk Al Qur’an mereka bisa sampai kepada Allah dan sampai ke surga-Nya.
[26]
Selanjutnya, Allah memuji Rasul-Nya yang datang membawa Al Qur’an.
Diutus-Nya Beliau adalah rahmat bagi alam semesta. Orang-orang mukmin
menerima rahmat itu dan mensyukurinya, oleh karenanya mereka membenarkan
Beliau, sedangkan selain mereka kufur terhadap nikmat itu dan
menggantinya dengan kekafiran serta menolak rahmat tersebut.
[27]
Yakni dengan tunduk kepada apa yang diwahyukan kepadaku itu. Jika
mereka melakukannya, maka pujilah Tuhan mereka yang telah mengaruniakan
nikmat yang besar itu.
[28] Maksudnya, tidak mau beribadah kepada Allah Ta’ala saja.
[29]
Maksudnya: Oleh karena itu, janganlah kamu katakan ketika azab datang
menimpamu, “Tidak datang kepada kami seorang pemberi kabar gembira dan
peringatan.” Karena sekarang kita telah sama-sama mengetahui tentang
tempat kembali bagi orang-orang kafir.
[30] Yakni azab atau hari kiamat.
[31] Karena yang mengetahuinya adalah Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[32] Demikian pula perbuatan kamu dan ucapan serta perbuatan selain kamu.
[33] Maksudnya, melambatkan datangnya azab kepada kamu.
[34] Untuk menambah keburukanmu.
[35]
Yaitu antara kami dengan mereka yang mendustakanku dengan diturunkan
azab atau diberikan kemenangan terhadap mereka, dan Allah
mengabulkannya, di mana mereka diazab pada perang Badar, dan peperangan
yang lain sebelum tiba azab akhirat.
[36]
Dalam hal ini kami tidak merasa ujub dengan diri kami dan bersandar
kepada kemampuan kami, bahkan kami meminta pertolongan kepada Tuhan kami
Ar Rahman terhadap apa yang kamu katakan.
[37]
Seperti ucapan kamu bahwa Tuhan mempunyai anak, aku penyihir dan bahwa
Al Qur’an adalah sya’ir. Selesai tafsir surah Al Anbiyaa’ dengan
pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi awwalan wa aakhiran.
afsir Al Anbiya Ayat 96-112
Ayat 96-100: Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj merupakan tanda dekatnya hari Kiamat.
حَتَّى
إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ
يَنْسِلُونَ (٩٦) وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ
شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي
غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ (٩٧) إِنَّكُمْ وَمَا
تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنْتُمْ لَهَا
وَارِدُونَ (٩٨) لَوْ كَانَ هَؤُلاءِ آلِهَةً مَا وَرَدُوهَا وَكُلٌّ
فِيهَا خَالِدُونَ (٩٩) لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَهُمْ فِيهَا لا
يَسْمَعُونَ (١٠٠)
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 96-100
96. [1]Hingga apabila (tembok) Ya'juj dan Ma'juj dibukakan dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.
97. Dan (apabila) janji yang benar telah dekat[2], maka tiba-tiba mata orang-orang yang kafir terbelalak[3]. (Mereka berkata), "Alangkah celakanya kami! Kami benar-benar lengah tentang ini[4], bahkan kami benar-benar orang yang zalim[5].”
98. [6]Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah[7], adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.
99. Seandainya (berhala-berhala) itu tuhan[8], tentu mereka tidak akan memasukinya (neraka)[9]. Tetapi semuanya akan kekal di dalamnya.
100. Mereka merintih dan menjerit di dalamnya (neraka)[10] dan mereka di dalamnya tidak dapat mendengar[11].
Ayat 101-103: Selamatnya kaum mukmin dari neraka dan keamanan mereka pada hari yang sangat dahsyat, yaitu hari Kiamat.
إِنَّ
الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا
مُبْعَدُونَ (١٠١) لا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا وَهُمْ فِي مَا اشْتَهَتْ
أَنْفُسُهُمْ خَالِدُونَ (١٠٢) لا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ
وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ
تُوعَدُونَ (١٠٣
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 101-103
101. Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik dari Kami[12], mereka itu akan dijauhkan (dari neraka).
102. Mereka tidak mendengar bunyi desis (api neraka)[13], dan mereka kekal dalam menikmati semua yang mereka inginkan[14].
103. Kejutan yang dahsyat tidak membuat mereka merasa sedih[15], dan para malaikat akan menyambut mereka[16] (dengan ucapan), "Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu[17].”
Ayat 104-106: Di antara bukti kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang saleh.
يَوْمَ
نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ كَمَا بَدَأْنَا
أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ
(١٠٤) وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ
الأرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ (١٠٥) إِنَّ فِي هَذَا
لَبَلاغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ (١٠٦
104. [18](Ingatlah)
pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran
kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama[19], begitulah Kami akan mengulanginya lagi[20]. Suatu janji yang pasti Kami tepati; Sungguh, kami akan melaksanakannya[21].
105. Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur[22] setelah (tertulis) di dalam adz dzikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini[23] akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh[24].
106.
Sungguh, (apa yang disebutkan) di dalam (Al Qur’an) ini, benar-benar
menjadi petunjuk (yang lengkap) bagi orang-orang yang menyembah (Allah)[25].
Ayat
107-112: Risalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan
rahmat bagi alam semesta, di sana diserukan satu kesatuan yang
menyingkirkan berbagai perbedaan, yaitu risalah tauhid.
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (١٠٧) قُلْ إِنَّمَا يُوحَى
إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
(١٠٨) فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ آذَنْتُكُمْ عَلَى سَوَاءٍ وَإِنْ أَدْرِي
أَقَرِيبٌ أَمْ بَعِيدٌ مَا تُوعَدُونَ (١٠٩) إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ
مِنَ الْقَوْلِ وَيَعْلَمُ مَا تَكْتُمُونَ (١١٠) وَإِنْ أَدْرِي لَعَلَّهُ
فِتْنَةٌ لَكُمْ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ (١١١) قَالَ رَبِّ احْكُمْ
بِالْحَقِّ وَرَبُّنَا الرَّحْمَنُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ
(١١٢
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 107-112
107. [26]Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.
108.
Katakanlah (Muhammad), "Sungguh, apa yang diwahyukan kepadaku ialah
bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka apakah kamu telah berserah
diri (kepada-Nya) [27]?”
109. Jika mereka berpaling[28], maka katakanlah (Muhammad), "Aku telah menyampaikan kepadamu (azab) yang kita ketahui bersama[29], dan aku tidak tahu apakah yang diancamkan kepadamu[30] itu sudah dekat atau masih jauh[31]."
110. Sungguh, Dia (Allah) mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan[32], dan mengetahui pula apa yang kamu rahasiakan.
111. Dan aku tidak tahu, boleh jadi hal itu[33] cobaan bagi kamu[34] dan kesenangan sampai waktu yang ditentukan.
112. Dia (Muhammad) berkata, "Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil[35]. Dan Tuhan kami Maha Pengasih tempat memohon segala pertolongan[36] atas semua yang kamu katakan[37].”
[1]
Ayat ini merupakan tahdzir (peringatan) dari Allah kepada manusia agar
mereka berhenti dari kekafiran dan kemaksiatan, dan bahwa sesungguhnya
telah dekat waktu keluarnya Ya’juj dan Ma’juj; kedua kabilah besar dari
keturunan Adam yang telah dibuat dinding besar oleh Dzulqarnain ketika
manusia pada waktu itu mengeluhkan kepadanya tentang pengrusakan mereka
di muka bumi. Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj merupakan tanda besar hari
kiamat yang menunjukkan sudah sangat dekatnya hari kiamat. Mereka akan
keluar dari tempat-tempat tinggi dengan bersegera dan mengadakan
kerusakan di muka bumi, mengalahkan manusia dan tidak ada yang sanggup
memerangi mereka. Oleh karena itulah Nabi Isa ‘alaihis salam beserta
pengikutnya berlindung di balik gunung, hingga kemudian Beliau berdoa
kepada Allah agar mereka dibinasakan.
[2] Yaitu hari kiamat.
[3] Karena dahsyatnya.
[4] Yakni tentang hari kiamat sehingga mereka tidak beramal saleh dan mengisi hidup mereka dengan bersenang-senang.
[5]
Karena mendustakan para rasul. Ketika hari kiamat itulah, mereka dan
apa yang mereka sembah selain Allah dihadapkan ke neraka dan siap
menjadi bahan bakarnya, nas’alullahas salaamah wal ‘aafiyah.
[6]
Imam Thahawi meriwayatkan dalam Musykilul Atsar dengan sanadnya yang
sampai kepada Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, “Ada ayat
dalam kitabullah yang tidak ditanyakan kepadaku oleh orang-orang dan aku
tidak mengetahui, apakah mereka sudah mengetahui maksudnya sehingga
tidak bertanya.” Lalu dikatakan, “Ayat apa itu?” Ia menjawab, “Yaitu
ketika turun ayat, “Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.”
Ayat ini terasa berat bagi penduduk Mekah. Mereka berkata, “Muhammad
telah mencaci-maki tuhan-tuhan kita.” Lalu Ibnuz Zab’ariy bangkit dan
berkata, “Ada apa dengan kamu?” Mereka menjawab, “Muhammad telah
mencaci-maki tuhan-tuhan kita.” Ibnuz Zab’ariy berkata, “Apa yang ia
ucapkan.” Mereka menjawab, “Dia (Muhammad) berkata, ““Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.”
Ia (Ibnuz Zab’ariy) berkata, “Panggillah dia kepadaku.” Maka
dipanggilah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Ibnuz
Zab’ariy berkata, “Wahai Muhammad, apakah (ayat) ini ditujukan kepada
tuhan-tuhan kami saja atau untuk semua yang disembah selain Allah?”
Beliau menjawab, “Bahkan untuk semua yang disembah selain Allah ‘Azza wa
Jalla.” Ibnuz Zab’ariy berkata, “Kami akan pertentangkan hal itu, demi
Tuhan pemilik bangunan ini. Wahai Muhammad, bukankah engkau mengatakan
bahwa Isa adalah hamba yang saleh dan ‘Uzair adalah hamba yang salih,
demikian pula para malaikat adalah hamba yang saleh?”Beliau menjawab,
“Ya.” Ibnuz Zab’ariy berkata, “(Bukankah) Orang-orang Nasrani menyembah
Isa, orang-orang Yahudi menyembah ‘Uzair, dan Bani Mulaih ini menyembah
malaikat?” Penduduk Mekah pun bersorak karenanya, maka turunlah ayat, “Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik dari Kami, mereka itu akan dijauhkan (dari neraka.” (Terj. Al Anbiyaa’: 101) Demikian pula turun ayat, “Dan ketika putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya.” (Terj. Az Zukhruf: 57). Hadits ini menurut Syaikh Muqbil adalah shahih lighairih.
[7]
Sesembahan orang musyrik yang masuk ke dalam neraka adalah patung,
berhala dan orang yang disembah sedang dirinya ridha. Adapun Nabi Isa
‘alaihis salam yang disembah orang-orang Nasrani, ‘Uzair yang disembah
orang-orang Yahudi dan para malaikat yang disembah oleh sebagian
musyrikin, maka mereka tidak masuk neraka, karena mereka tidak ridha
disembah dan mereka tergolong ke dalam ayat 101 di surah ini.
[8] Sebagaimana yang kamu sangka.
[9]
Inilah hikmah mengapa sesembahan mereka dimasukkan pula ke dalam
neraka, agar jelas bagi mereka bahwa semua itu tidak pantas disembah.
[10]
Karena dahsyatnya azab. Ibnu Abi Hatim menyebutkan, bahwa Ibnu Mas’ud
berkata, “Apabila sudah tinggal orang-orang yang kekal di neraka, maka
mereka ditaruh ke dalam peti-peti dari api, di dalamnya ada paku-paku
dari api, sehingga salah seorang di antara mereka tidak melihat ada
orang selainnya yang diazab di neraka,” kemudian Ibnu Mas’ud membacakan
ayat, “Mereka merintih dan menjerit di dalamnya (neraka) dan mereka di dalamnya tidak dapat mendengar.”
[11]
Mereka tuli, bisu dan buta atau maksudnya mereka tidak mendengar selain
suara neraka karena besarnya suara gejolaknya, rintihannya dan
marahnya.
[12]
Yakni orang-orang yang telah dicatat tergolong orang-orang bahagia
dalam ilmu Allah, dalam Al Lauhul Mahfuzh, sehingga dimudahkan-Nya
mereka di dunia mengerjakan amal saleh.
[13] Karena jauhnya mereka dari neraka.
[14]
Berupa makanan, minuman, perkawinan dan pemandangan, di mana mereka
mendapatkan kenikmatan yang belum pernah mereka lihat, belum pernah
mereka dengar dan belum pernah terlintas di hati mereka.
[15]
Maksudnya, kejutan pada hari kiamat tidaklah membuat mereka sedih dan
gelisah. Yang demikian adalah ketika neraka didekatkan kepada manusia,
maka ia menampakkan kemarahannya kepada orang-orang kafir dan pelaku
maksiat. Ketika itu, manusia terkejut, sedangkan orang-orang mukmin
tidak sedih dan gelisah karena mereka mengetahui apa yang akan mereka
hadapi dan bahwa Allah akan mengamankan mereka dari kekhawatiran.
[16] Ketika mereka bangkit dari kubur.
[17]
Oleh karena itu, bergembiralah dengan karamah (kemuliaan) yang akan
diberikan kepadamu dan bersenanglah karena Allah mengamankan kamu dari
hal yang dikhawatirkan dan hal yang tidak diinginkan.
[18]
Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan, bahwa pada hari kiamat Dia
melipat langit yang luas dan besar ini seperti melipat atau menggulung
lembaran kertas, lalu bintang-bintangnya berserakan, matahari dan bulan
dilipat dan menyingkir dari tempatnya.
[19] Dari yang sebelumnya tidak ada.
[20] Yakni mengulangi kembali penciptaan seperti mengawali penciptaan.
[21] Maksudnya, akan melaksanakan janji tersebut karena sempurnanya kekuasaan-Nya.
[22]
Yang dimaksud dengan Zabur di sini adalah seluruh kitab yang diturunkan
Allah kepada nabi-nabi-Nya. Sebagian ahli tafsir mengartikan dengan
kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud ‘alaihis salam, sedangkan Adz
Dzikr adalah kitab Taurat. Ada pula yang menafsirkan adz dzikr dengan
Lauh Mahfuzh.
[23]
Ada yang menafsirkan dengan surga, dan ada pula yang menafsirkan dengan
bumi yang kita tempati ini, yakni bahwa orang-orang saleh akan Allah
berikan kekuasaan di muka bumi sebagaimana yang disebutkan dalam surah
An Nuur: 55.
[24] Yaitu mereka yang mengerjakan perintah dan menjauhi larangan.
[25] Dengan petunjuk Al Qur’an mereka bisa sampai kepada Allah dan sampai ke surga-Nya.
[26]
Selanjutnya, Allah memuji Rasul-Nya yang datang membawa Al Qur’an.
Diutus-Nya Beliau adalah rahmat bagi alam semesta. Orang-orang mukmin
menerima rahmat itu dan mensyukurinya, oleh karenanya mereka membenarkan
Beliau, sedangkan selain mereka kufur terhadap nikmat itu dan
menggantinya dengan kekafiran serta menolak rahmat tersebut.
[27]
Yakni dengan tunduk kepada apa yang diwahyukan kepadaku itu. Jika
mereka melakukannya, maka pujilah Tuhan mereka yang telah mengaruniakan
nikmat yang besar itu.
[28] Maksudnya, tidak mau beribadah kepada Allah Ta’ala saja.
[29]
Maksudnya: Oleh karena itu, janganlah kamu katakan ketika azab datang
menimpamu, “Tidak datang kepada kami seorang pemberi kabar gembira dan
peringatan.” Karena sekarang kita telah sama-sama mengetahui tentang
tempat kembali bagi orang-orang kafir.
[30] Yakni azab atau hari kiamat.
[31] Karena yang mengetahuinya adalah Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[32] Demikian pula perbuatan kamu dan ucapan serta perbuatan selain kamu.
[33] Maksudnya, melambatkan datangnya azab kepada kamu.
[34] Untuk menambah keburukanmu.
[35]
Yaitu antara kami dengan mereka yang mendustakanku dengan diturunkan
azab atau diberikan kemenangan terhadap mereka, dan Allah
mengabulkannya, di mana mereka diazab pada perang Badar, dan peperangan
yang lain sebelum tiba azab akhirat.
[36]
Dalam hal ini kami tidak merasa ujub dengan diri kami dan bersandar
kepada kemampuan kami, bahkan kami meminta pertolongan kepada Tuhan kami
Ar Rahman terhadap apa yang kamu katakan.
[37]
Seperti ucapan kamu bahwa Tuhan mempunyai anak, aku penyihir dan bahwa
Al Qur’an adalah sya’ir. Selesai tafsir surah Al Anbiyaa’ dengan
pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi awwalan wa aakhiran.
Tafsir Al Anbiya Ayat 96-112
Ayat 96-100: Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj merupakan tanda dekatnya hari Kiamat.
حَتَّى
إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ
يَنْسِلُونَ (٩٦) وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ
شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي
غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ (٩٧) إِنَّكُمْ وَمَا
تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنْتُمْ لَهَا
وَارِدُونَ (٩٨) لَوْ كَانَ هَؤُلاءِ آلِهَةً مَا وَرَدُوهَا وَكُلٌّ
فِيهَا خَالِدُونَ (٩٩) لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَهُمْ فِيهَا لا
يَسْمَعُونَ (١٠٠)
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 96-100
96. [1]Hingga apabila (tembok) Ya'juj dan Ma'juj dibukakan dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.
97. Dan (apabila) janji yang benar telah dekat[2], maka tiba-tiba mata orang-orang yang kafir terbelalak[3]. (Mereka berkata), "Alangkah celakanya kami! Kami benar-benar lengah tentang ini[4], bahkan kami benar-benar orang yang zalim[5].”
98. [6]Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah[7], adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.
99. Seandainya (berhala-berhala) itu tuhan[8], tentu mereka tidak akan memasukinya (neraka)[9]. Tetapi semuanya akan kekal di dalamnya.
100. Mereka merintih dan menjerit di dalamnya (neraka)[10] dan mereka di dalamnya tidak dapat mendengar[11].
Ayat 101-103: Selamatnya kaum mukmin dari neraka dan keamanan mereka pada hari yang sangat dahsyat, yaitu hari Kiamat.
إِنَّ
الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا
مُبْعَدُونَ (١٠١) لا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا وَهُمْ فِي مَا اشْتَهَتْ
أَنْفُسُهُمْ خَالِدُونَ (١٠٢) لا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ
وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ
تُوعَدُونَ (١٠٣
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 101-103
101. Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik dari Kami[12], mereka itu akan dijauhkan (dari neraka).
102. Mereka tidak mendengar bunyi desis (api neraka)[13], dan mereka kekal dalam menikmati semua yang mereka inginkan[14].
103. Kejutan yang dahsyat tidak membuat mereka merasa sedih[15], dan para malaikat akan menyambut mereka[16] (dengan ucapan), "Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu[17].”
Ayat 104-106: Di antara bukti kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang saleh.
يَوْمَ
نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ كَمَا بَدَأْنَا
أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ
(١٠٤) وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ
الأرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ (١٠٥) إِنَّ فِي هَذَا
لَبَلاغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ (١٠٦
104. [18](Ingatlah)
pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran
kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama[19], begitulah Kami akan mengulanginya lagi[20]. Suatu janji yang pasti Kami tepati; Sungguh, kami akan melaksanakannya[21].
105. Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur[22] setelah (tertulis) di dalam adz dzikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini[23] akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh[24].
106.
Sungguh, (apa yang disebutkan) di dalam (Al Qur’an) ini, benar-benar
menjadi petunjuk (yang lengkap) bagi orang-orang yang menyembah (Allah)[25].
Ayat
107-112: Risalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan
rahmat bagi alam semesta, di sana diserukan satu kesatuan yang
menyingkirkan berbagai perbedaan, yaitu risalah tauhid.
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (١٠٧) قُلْ إِنَّمَا يُوحَى
إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
(١٠٨) فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ آذَنْتُكُمْ عَلَى سَوَاءٍ وَإِنْ أَدْرِي
أَقَرِيبٌ أَمْ بَعِيدٌ مَا تُوعَدُونَ (١٠٩) إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ
مِنَ الْقَوْلِ وَيَعْلَمُ مَا تَكْتُمُونَ (١١٠) وَإِنْ أَدْرِي لَعَلَّهُ
فِتْنَةٌ لَكُمْ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ (١١١) قَالَ رَبِّ احْكُمْ
بِالْحَقِّ وَرَبُّنَا الرَّحْمَنُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ
(١١٢
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 107-112
107. [26]Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.
108.
Katakanlah (Muhammad), "Sungguh, apa yang diwahyukan kepadaku ialah
bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka apakah kamu telah berserah
diri (kepada-Nya) [27]?”
109. Jika mereka berpaling[28], maka katakanlah (Muhammad), "Aku telah menyampaikan kepadamu (azab) yang kita ketahui bersama[29], dan aku tidak tahu apakah yang diancamkan kepadamu[30] itu sudah dekat atau masih jauh[31]."
110. Sungguh, Dia (Allah) mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan[32], dan mengetahui pula apa yang kamu rahasiakan.
111. Dan aku tidak tahu, boleh jadi hal itu[33] cobaan bagi kamu[34] dan kesenangan sampai waktu yang ditentukan.
112. Dia (Muhammad) berkata, "Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil[35]. Dan Tuhan kami Maha Pengasih tempat memohon segala pertolongan[36] atas semua yang kamu katakan[37].”
[1]
Ayat ini merupakan tahdzir (peringatan) dari Allah kepada manusia agar
mereka berhenti dari kekafiran dan kemaksiatan, dan bahwa sesungguhnya
telah dekat waktu keluarnya Ya’juj dan Ma’juj; kedua kabilah besar dari
keturunan Adam yang telah dibuat dinding besar oleh Dzulqarnain ketika
manusia pada waktu itu mengeluhkan kepadanya tentang pengrusakan mereka
di muka bumi. Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj merupakan tanda besar hari
kiamat yang menunjukkan sudah sangat dekatnya hari kiamat. Mereka akan
keluar dari tempat-tempat tinggi dengan bersegera dan mengadakan
kerusakan di muka bumi, mengalahkan manusia dan tidak ada yang sanggup
memerangi mereka. Oleh karena itulah Nabi Isa ‘alaihis salam beserta
pengikutnya berlindung di balik gunung, hingga kemudian Beliau berdoa
kepada Allah agar mereka dibinasakan.
[2] Yaitu hari kiamat.
[3] Karena dahsyatnya.
[4] Yakni tentang hari kiamat sehingga mereka tidak beramal saleh dan mengisi hidup mereka dengan bersenang-senang.
[5]
Karena mendustakan para rasul. Ketika hari kiamat itulah, mereka dan
apa yang mereka sembah selain Allah dihadapkan ke neraka dan siap
menjadi bahan bakarnya, nas’alullahas salaamah wal ‘aafiyah.
[6]
Imam Thahawi meriwayatkan dalam Musykilul Atsar dengan sanadnya yang
sampai kepada Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, “Ada ayat
dalam kitabullah yang tidak ditanyakan kepadaku oleh orang-orang dan aku
tidak mengetahui, apakah mereka sudah mengetahui maksudnya sehingga
tidak bertanya.” Lalu dikatakan, “Ayat apa itu?” Ia menjawab, “Yaitu
ketika turun ayat, “Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.”
Ayat ini terasa berat bagi penduduk Mekah. Mereka berkata, “Muhammad
telah mencaci-maki tuhan-tuhan kita.” Lalu Ibnuz Zab’ariy bangkit dan
berkata, “Ada apa dengan kamu?” Mereka menjawab, “Muhammad telah
mencaci-maki tuhan-tuhan kita.” Ibnuz Zab’ariy berkata, “Apa yang ia
ucapkan.” Mereka menjawab, “Dia (Muhammad) berkata, ““Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.”
Ia (Ibnuz Zab’ariy) berkata, “Panggillah dia kepadaku.” Maka
dipanggilah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Ibnuz
Zab’ariy berkata, “Wahai Muhammad, apakah (ayat) ini ditujukan kepada
tuhan-tuhan kami saja atau untuk semua yang disembah selain Allah?”
Beliau menjawab, “Bahkan untuk semua yang disembah selain Allah ‘Azza wa
Jalla.” Ibnuz Zab’ariy berkata, “Kami akan pertentangkan hal itu, demi
Tuhan pemilik bangunan ini. Wahai Muhammad, bukankah engkau mengatakan
bahwa Isa adalah hamba yang saleh dan ‘Uzair adalah hamba yang salih,
demikian pula para malaikat adalah hamba yang saleh?”Beliau menjawab,
“Ya.” Ibnuz Zab’ariy berkata, “(Bukankah) Orang-orang Nasrani menyembah
Isa, orang-orang Yahudi
menyembah ‘Uzair, dan Bani Mulaih ini menyembah
malaikat?” Penduduk Mekah pun bersorak karenanya, maka turunlah ayat, “Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik dari Kami, mereka itu akan dijauhkan (dari neraka.” (Terj. Al Anbiyaa’: 101) Demikian pula turun ayat, “Dan ketika putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya.” (Terj. Az Zukhruf: 57). Hadits ini menurut Syaikh Muqbil adalah shahih lighairih.
“Sungguh tidak mungkin atas (penduduk) suatu negeri yang telah Kami binasakan, bahwa mereka tidak akan kembali (kepada Kami). (QS. 21:95) Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya juj dan Ma juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. (QS. 21:96) Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang kafir. (Mereka berkata): ‘Aduhai celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang dhalim. (QS. 21:97)” (al-Anbiyaa’: 95-97)
- See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-anbiya-ayat-96-112.html#sthash.bbhZhKpE.dpuf
- See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-anbiya-ayat-96-112.html#sthash.bbhZhKpE.dpuf
Keluarnya Yakjuj dan Makjuj adalah keburukan yang dekat yang telah
diperingatkan oleh Rasulullah saw. Dari Zaenab binti Jahsy bahwa Nabi
datang kepadanya dengan tergopoh-gopoh. Beliau bersabda, “La ilaha
illallah, celaka orang-orang Arab dari keburukan yang telah dekat, pada
hari ini benteng Ya’juj Ma’juj dibuka seperti ini. ” Rasulullah
melingkarkan ibu jarinya dengan jari telunjuknya. (Muttafaq alaihi,
Mukhtashar Shahih al- Bukhari no. 1341, Mukhtashar Shahih Muslim no.
1987).
Dalam riwayat lain tangannya membentuk isyarat 70 atau 90), Aku bertanya; “Ya Rasulullah SAW, apakah kita akan dihancurkan walaupun ada orang-orang shalih ?” Beliau menjawab; “Ya, Jika banyak kejelekan,” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim).
Nama Yakjuj dan Makjuj dalam Al-Quran sendiri disebut sebanyak dua kali, yaitu di dalam Surah al-Kahfi ayat 94 dan surah al-Anbiya ayat 96. Di dalam surah al-Kahfi diterangkan bahawa Yakjuj dan Makjuj adalah orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Di dalam surah al-Anbiya, disebutkan bahawa Yakjuj dan Makjuj itu akan segera turun dengan cepat dari tempat yang tinggi ketika tembok penghalang mereka terbuka sebagai tanda telah dekatnya kedatangan janji Allah swt.
Al-Quran tidak menerangkan siapa sebenarnya Yakjuj dan Makjuj, dari bangsa dan keturunan mana mereka itu. Al-Quran hanya menjelaskan sifat-sifat mereka, yaitu kaum pembuat kerusakan di bumi; jika tembok penghalang dibuka, mereka akan turun mengalir seperti mengalirnya air bah, dan apabila tembok penghalang kokoh, mereka tidak akan masuk dan tidak dapat membuat kerusakan. Oleh karena itu timbullah beberapa tafsiran, antara lain:
(1) Ahmad Mustafa al-Maragi dalam kitab tafsirnya menyatakan bahawa Yakjuj adalah bangsa Tartar, dan Makjuj adalah bangsa Mongol. Mereka berasal daripada satu bapak yang bernama Turk, tempat tinggal mereka di bagian utara Asia. Daerah mereka memanjang dari Tibet dan China sampai ke Laut Baku Utara, di barat sampai Turkestan. Dalam pelbagai zaman, bangsa-bangsa ini sering menyerang, membuat kerusakan di muka bumi dan menghancurkan bangsa-bangsa lain.
Di antara mereka terdapat bangsa-bangsa yang kejam, turun dari bukit-bukit di Asia Tengah dan pergi ke Eropa, seperti bangsa Semith, Simeria, dan Hun. Mereka banyak menyerang negeri-negeri China dan Asia Barat. Dengan munculnya Temujin yang dikenal dengan nama Genghis Khan (di dalam bahasa Mongol bermaksud “Raja Alam” pada awal abad ke-7 H / 12 M, bersama tentaranya yang perkasa keluar jauh ke Asia Tengah. Ia menundukkan China Utara kemudian pergi ke negeri-negeri Islam, lalu menundukkan Sultan Qutbuddin bin Armilan, salah seorang Raja Seljuk yang menganut aliran Khawarij. Genghis Khan melakukan kekejaman yang belum pernah berlaku sebelumnya di negeri tersebut.
(2) Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbali), seperti dikutip Ibnu Kasir menyebutkan bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Nuh memiliki tiga orang anak, yaitu Sam, nenek moyang orang Arab; Ham, nenek moyang orang Sudan; dan Yafis, nenek moyang orang Turk.”
Menurut sebahagian ulama, Yakjuj dan Makjuj adalah keturunan Yafis, putera Nuh ini. Demikian juga pendapat Nasafi, seorang ahli fekah, usul fekah dan tafsir yang bermazhab Hanafi yang menyatakan bahawa Yakjuj berasal dari suku Turk, dan Makjuj berasal dari suku Jail serta Dailam keturunan Yafis yang membuat kerusakan di muka bumi. Mereka tidak mati dan masing-masing memiliki seribu keturunan yang dilengkapi dengan senjata.
(3) Hamka juga memberi tafsiran bahwa Yakjuj dan Makjuj adalah segala gerakan yang telah dan akan merusak dunia ini. Oleh karena itu, baik diri, keluarga, maupun negara serta bangsa wajib mendirikan tirai besi sebagai benteng agar Yakjuj dan Makjuj tidak dapat masuk. Mungkin Yakjuj dan Makjuj dapat ditafsirkan sebagai pikiran jahat, bermaksud buruk, dan ideologi yang menyesatkan yang dianuti sebagian manusia.
Manusia yang menganut paham kelicikan dan mempergunakan manusia sesamanya sebagai alat untuk merusak bumi ini. Sebab itu, pikiran yang baik, cita-cita yang mulia, dan ideologi yang sehat harus ditanam dengan teguh pada setiap diri, keluarga, dan negara serta bangsa untuk membentengi Yakjuj dan Makjuj. Yakjuj dan Makjuj laksana air, senantiasa mencari tempat untuk masuk walaupun hanya sebesar lubang jarum. Wallahu alam
[7]
Sesembahan orang musyrik yang masuk ke dalam neraka adalah patung,
berhala dan orang yang disembah sedang dirinya ridha. Adapun Nabi Isa
‘alaihis salam yang disembah orang-orang Nasrani, ‘Uzair yang disembah
orang-orang Yahudi dan para malaikat yang disembah oleh sebagian
musyrikin, maka mereka tidak masuk neraka, karena mereka tidak ridha
disembah dan mereka tergolong ke dalam ayat 101 di surah ini.
[8] Sebagaimana yang kamu sangka.
[9]
Inilah hikmah mengapa sesembahan mereka dimasukkan pula ke dalam
neraka, agar jelas bagi mereka bahwa semua itu tidak pantas disembah.
[10]
Karena dahsyatnya azab. Ibnu Abi Hatim menyebutkan, bahwa Ibnu Mas’ud
berkata, “Apabila sudah tinggal orang-orang yang kekal di neraka, maka
mereka ditaruh ke dalam peti-peti dari api, di dalamnya ada paku-paku
dari api, sehingga salah seorang di antara mereka tidak melihat ada
orang selainnya yang diazab di neraka,” kemudian Ibnu Mas’ud membacakan
ayat, “Mereka merintih dan menjerit di dalamnya (neraka) dan mereka di dalamnya tidak dapat mendengar.”
[11]
Mereka tuli, bisu dan buta atau maksudnya mereka tidak mendengar selain
suara neraka karena besarnya suara gejolaknya, rintihannya dan
marahnya.
[12]
Yakni orang-orang yang telah dicatat tergolong orang-orang bahagia
dalam ilmu Allah, dalam Al Lauhul Mahfuzh, sehingga dimudahkan-Nya
mereka di dunia mengerjakan amal saleh.
[13] Karena jauhnya mereka dari neraka.
[14]
Berupa makanan, minuman, perkawinan dan pemandangan, di mana mereka
mendapatkan kenikmatan yang belum pernah mereka lihat, belum pernah
mereka dengar dan belum pernah terlintas di hati mereka.
[15]
Maksudnya, kejutan pada hari kiamat tidaklah membuat mereka sedih dan
gelisah. Yang demikian adalah ketika neraka didekatkan kepada manusia,
maka ia menampakkan kemarahannya kepada orang-orang kafir dan pelaku
maksiat. Ketika itu, manusia terkejut, sedangkan orang-orang mukmin
tidak sedih dan gelisah karena mereka mengetahui apa yang akan mereka
hadapi dan bahwa Allah akan mengamankan mereka dari kekhawatiran.
[16] Ketika mereka bangkit dari kubur.
[17]
Oleh karena itu, bergembiralah dengan karamah (kemuliaan) yang akan
diberikan kepadamu dan bersenanglah karena Allah mengamankan kamu dari
hal yang dikhawatirkan dan hal yang tidak diinginkan.
[18]
Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan, bahwa pada hari kiamat Dia
melipat langit yang luas dan besar ini seperti melipat atau menggulung
lembaran kertas, lalu bintang-bintangnya berserakan, matahari dan bulan
dilipat dan menyingkir dari tempatnya.
[19] Dari yang sebelumnya tidak ada.
[20] Yakni mengulangi kembali penciptaan seperti mengawali penciptaan.
[21] Maksudnya, akan melaksanakan janji tersebut karena sempurnanya kekuasaan-Nya.
[22]
Yang dimaksud dengan Zabur di sini adalah seluruh kitab yang diturunkan
Allah kepada nabi-nabi-Nya. Sebagian ahli tafsir mengartikan dengan
kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud ‘alaihis salam, sedangkan Adz
Dzikr adalah kitab Taurat. Ada pula yang menafsirkan adz dzikr dengan
Lauh Mahfuzh.
[23]
Ada yang menafsirkan dengan surga, dan ada pula yang menafsirkan dengan
bumi yang kita tempati ini, yakni bahwa orang-orang saleh akan Allah
berikan kekuasaan di muka bumi sebagaimana yang disebutkan dalam surah
An Nuur: 55.
[24] Yaitu mereka yang mengerjakan perintah dan menjauhi larangan.
[25] Dengan petunjuk Al Qur’an mereka bisa sampai kepada Allah dan sampai ke surga-Nya.
[26]
Selanjutnya, Allah memuji Rasul-Nya yang datang membawa Al Qur’an.
Diutus-Nya Beliau adalah rahmat bagi alam semesta. Orang-orang mukmin
menerima rahmat itu dan mensyukurinya, oleh karenanya mereka membenarkan
Beliau, sedangkan selain mereka kufur terhadap nikmat itu dan
menggantinya dengan kekafiran serta menolak rahmat tersebut.
[27]
Yakni dengan tunduk kepada apa yang diwahyukan kepadaku itu. Jika
mereka melakukannya, maka pujilah Tuhan mereka yang telah mengaruniakan
nikmat yang besar itu.
[28] Maksudnya, tidak mau beribadah kepada Allah Ta’ala saja.
[29]
Maksudnya: Oleh karena itu, janganlah kamu katakan ketika azab datang
menimpamu, “Tidak datang kepada kami seorang pemberi kabar gembira dan
peringatan.” Karena sekarang kita telah sama-sama mengetahui tentang
tempat kembali bagi orang-orang kafir.
[30] Yakni azab atau hari kiamat.
[31] Karena yang mengetahuinya adalah Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[32] Demikian pula perbuatan kamu dan ucapan serta perbuatan selain kamu.
[33] Maksudnya, melambatkan datangnya azab kepada kamu.
[34] Untuk menambah keburukanmu.
[35]
Yaitu antara kami dengan mereka yang mendustakanku dengan diturunkan
azab atau diberikan kemenangan terhadap mereka, dan Allah
mengabulkannya, di mana mereka diazab pada perang Badar, dan peperangan
yang lain sebelum tiba azab akhirat.
[36]
Dalam hal ini kami tidak merasa ujub dengan diri kami dan bersandar
kepada kemampuan kami, bahkan kami meminta pertolongan kepada Tuhan kami
Ar Rahman terhadap apa yang kamu katakan.
[37]
Seperti ucapan kamu bahwa Tuhan mempunyai anak, aku penyihir dan bahwa
Al Qur’an adalah sya’ir. Selesai tafsir surah Al Anbiyaa’ dengan
pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi awwalan wa aakhiran.
- See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-anbiya-ayat-96-112.html#sthash.hznf7S9z.dpu

“Sungguh tidak mungkin atas (penduduk) suatu negeri yang telah Kami binasakan, bahwa mereka tidak akan kembali (kepada Kami). (QS. 21:95) Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya juj dan Ma juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. (QS. 21:96) Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang kafir. (Mereka berkata): ‘Aduhai celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang dhalim. (QS. 21:97)” (al-Anbiyaa’: 95-97)
afsir Al Anbiya Ayat 96-112
Ayat 96-100: Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj merupakan tanda dekatnya hari Kiamat.
حَتَّى
إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ
يَنْسِلُونَ (٩٦) وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ
شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي
غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ (٩٧) إِنَّكُمْ وَمَا
تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنْتُمْ لَهَا
وَارِدُونَ (٩٨) لَوْ كَانَ هَؤُلاءِ آلِهَةً مَا وَرَدُوهَا وَكُلٌّ
فِيهَا خَالِدُونَ (٩٩) لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَهُمْ فِيهَا لا
يَسْمَعُونَ (١٠٠)
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 96-100
96. [1]Hingga apabila (tembok) Ya'juj dan Ma'juj dibukakan dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.
97. Dan (apabila) janji yang benar telah dekat[2], maka tiba-tiba mata orang-orang yang kafir terbelalak[3]. (Mereka berkata), "Alangkah celakanya kami! Kami benar-benar lengah tentang ini[4], bahkan kami benar-benar orang yang zalim[5].”
98. [6]Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah[7], adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.
99. Seandainya (berhala-berhala) itu tuhan[8], tentu mereka tidak akan memasukinya (neraka)[9]. Tetapi semuanya akan kekal di dalamnya.
100. Mereka merintih dan menjerit di dalamnya (neraka)[10] dan mereka di dalamnya tidak dapat mendengar[11].
Ayat 101-103: Selamatnya kaum mukmin dari neraka dan keamanan mereka pada hari yang sangat dahsyat, yaitu hari Kiamat.
إِنَّ
الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا
مُبْعَدُونَ (١٠١) لا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا وَهُمْ فِي مَا اشْتَهَتْ
أَنْفُسُهُمْ خَالِدُونَ (١٠٢) لا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ
وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ
تُوعَدُونَ (١٠٣
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 101-103
101. Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik dari Kami[12], mereka itu akan dijauhkan (dari neraka).
102. Mereka tidak mendengar bunyi desis (api neraka)[13], dan mereka kekal dalam menikmati semua yang mereka inginkan[14].
103. Kejutan yang dahsyat tidak membuat mereka merasa sedih[15], dan para malaikat akan menyambut mereka[16] (dengan ucapan), "Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu[17].”
Ayat 104-106: Di antara bukti kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang saleh.
يَوْمَ
نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ كَمَا بَدَأْنَا
أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ
(١٠٤) وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ
الأرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ (١٠٥) إِنَّ فِي هَذَا
لَبَلاغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ (١٠٦
104. [18](Ingatlah)
pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran
kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama[19], begitulah Kami akan mengulanginya lagi[20]. Suatu janji yang pasti Kami tepati; Sungguh, kami akan melaksanakannya[21].
105. Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur[22] setelah (tertulis) di dalam adz dzikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini[23] akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh[24].
106.
Sungguh, (apa yang disebutkan) di dalam (Al Qur’an) ini, benar-benar
menjadi petunjuk (yang lengkap) bagi orang-orang yang menyembah (Allah)[25].
Ayat
107-112: Risalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan
rahmat bagi alam semesta, di sana diserukan satu kesatuan yang
menyingkirkan berbagai perbedaan, yaitu risalah tauhid.
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (١٠٧) قُلْ إِنَّمَا يُوحَى
إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
(١٠٨) فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ آذَنْتُكُمْ عَلَى سَوَاءٍ وَإِنْ أَدْرِي
أَقَرِيبٌ أَمْ بَعِيدٌ مَا تُوعَدُونَ (١٠٩) إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ
مِنَ الْقَوْلِ وَيَعْلَمُ مَا تَكْتُمُونَ (١١٠) وَإِنْ أَدْرِي لَعَلَّهُ
فِتْنَةٌ لَكُمْ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ (١١١) قَالَ رَبِّ احْكُمْ
بِالْحَقِّ وَرَبُّنَا الرَّحْمَنُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ
(١١٢
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 107-112
107. [26]Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.
108.
Katakanlah (Muhammad), "Sungguh, apa yang diwahyukan kepadaku ialah
bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka apakah kamu telah berserah
diri (kepada-Nya) [27]?”
109. Jika mereka berpaling[28], maka katakanlah (Muhammad), "Aku telah menyampaikan kepadamu (azab) yang kita ketahui bersama[29], dan aku tidak tahu apakah yang diancamkan kepadamu[30] itu sudah dekat atau masih jauh[31]."
110. Sungguh, Dia (Allah) mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan[32], dan mengetahui pula apa yang kamu rahasiakan.
111. Dan aku tidak tahu, boleh jadi hal itu[33] cobaan bagi kamu[34] dan kesenangan sampai waktu yang ditentukan.
112. Dia (Muhammad) berkata, "Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil[35]. Dan Tuhan kami Maha Pengasih tempat memohon segala pertolongan[36] atas semua yang kamu katakan[37].”
[1]
Ayat ini merupakan tahdzir (peringatan) dari Allah kepada manusia agar
mereka berhenti dari kekafiran dan kemaksiatan, dan bahwa sesungguhnya
telah dekat waktu keluarnya Ya’juj dan Ma’juj; kedua kabilah besar dari
keturunan Adam yang telah dibuat dinding besar oleh Dzulqarnain ketika
manusia pada waktu itu mengeluhkan kepadanya tentang pengrusakan mereka
di muka bumi. Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj merupakan tanda besar hari
kiamat yang menunjukkan sudah sangat dekatnya hari kiamat. Mereka akan
keluar dari tempat-tempat tinggi dengan bersegera dan mengadakan
kerusakan di muka bumi, mengalahkan manusia dan tidak ada yang sanggup
memerangi mereka. Oleh karena itulah Nabi Isa ‘alaihis salam beserta
pengikutnya berlindung di balik gunung, hingga kemudian Beliau berdoa
kepada Allah agar mereka dibinasakan.
[2] Yaitu hari kiamat.
[3] Karena dahsyatnya.
[4] Yakni tentang hari kiamat sehingga mereka tidak beramal saleh dan mengisi hidup mereka dengan bersenang-senang.
[5]
Karena mendustakan para rasul. Ketika hari kiamat itulah, mereka dan
apa yang mereka sembah selain Allah dihadapkan ke neraka dan siap
menjadi bahan bakarnya, nas’alullahas salaamah wal ‘aafiyah.
[6]
Imam Thahawi meriwayatkan dalam Musykilul Atsar dengan sanadnya yang
sampai kepada Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, “Ada ayat
dalam kitabullah yang tidak ditanyakan kepadaku oleh orang-orang dan aku
tidak mengetahui, apakah mereka sudah mengetahui maksudnya sehingga
tidak bertanya.” Lalu dikatakan, “Ayat apa itu?” Ia menjawab, “Yaitu
ketika turun ayat, “Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.”
Ayat ini terasa berat bagi penduduk Mekah. Mereka berkata, “Muhammad
telah mencaci-maki tuhan-tuhan kita.” Lalu Ibnuz Zab’ariy bangkit dan
berkata, “Ada apa dengan kamu?” Mereka menjawab, “Muhammad telah
mencaci-maki tuhan-tuhan kita.” Ibnuz Zab’ariy berkata, “Apa yang ia
ucapkan.” Mereka menjawab, “Dia (Muhammad) berkata, ““Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.”
Ia (Ibnuz Zab’ariy) berkata, “Panggillah dia kepadaku.” Maka
dipanggilah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Ibnuz
Zab’ariy berkata, “Wahai Muhammad, apakah (ayat) ini ditujukan kepada
tuhan-tuhan kami saja atau untuk semua yang disembah selain Allah?”
Beliau menjawab, “Bahkan untuk semua yang disembah selain Allah ‘Azza wa
Jalla.” Ibnuz Zab’ariy berkata, “Kami akan pertentangkan hal itu, demi
Tuhan pemilik bangunan ini. Wahai Muhammad, bukankah engkau mengatakan
bahwa Isa adalah hamba yang saleh dan ‘Uzair adalah hamba yang salih,
demikian pula para malaikat adalah hamba yang saleh?”Beliau menjawab,
“Ya.” Ibnuz Zab’ariy berkata, “(Bukankah) Orang-orang Nasrani menyembah
Isa, orang-orang Yahudi menyembah ‘Uzair, dan Bani Mulaih ini menyembah
malaikat?” Penduduk Mekah pun bersorak karenanya, maka turunlah ayat, “Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik dari Kami, mereka itu akan dijauhkan (dari neraka.” (Terj. Al Anbiyaa’: 101) Demikian pula turun ayat, “Dan ketika putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya.” (Terj. Az Zukhruf: 57). Hadits ini menurut Syaikh Muqbil adalah shahih lighairih.
[7]
Sesembahan orang musyrik yang masuk ke dalam neraka adalah patung,
berhala dan orang yang disembah sedang dirinya ridha. Adapun Nabi Isa
‘alaihis salam yang disembah orang-orang Nasrani, ‘Uzair yang disembah
orang-orang Yahudi dan para malaikat yang disembah oleh sebagian
musyrikin, maka mereka tidak masuk neraka, karena mereka tidak ridha
disembah dan mereka tergolong ke dalam ayat 101 di surah ini.
[8] Sebagaimana yang kamu sangka.
[9]
Inilah hikmah mengapa sesembahan mereka dimasukkan pula ke dalam
neraka, agar jelas bagi mereka bahwa semua itu tidak pantas disembah.
[10]
Karena dahsyatnya azab. Ibnu Abi Hatim menyebutkan, bahwa Ibnu Mas’ud
berkata, “Apabila sudah tinggal orang-orang yang kekal di neraka, maka
mereka ditaruh ke dalam peti-peti dari api, di dalamnya ada paku-paku
dari api, sehingga salah seorang di antara mereka tidak melihat ada
orang selainnya yang diazab di neraka,” kemudian Ibnu Mas’ud membacakan
ayat, “Mereka merintih dan menjerit di dalamnya (neraka) dan mereka di dalamnya tidak dapat mendengar.”
[11]
Mereka tuli, bisu dan buta atau maksudnya mereka tidak mendengar selain
suara neraka karena besarnya suara gejolaknya, rintihannya dan
marahnya.
[12]
Yakni orang-orang yang telah dicatat tergolong orang-orang bahagia
dalam ilmu Allah, dalam Al Lauhul Mahfuzh, sehingga dimudahkan-Nya
mereka di dunia mengerjakan amal saleh.
[13] Karena jauhnya mereka dari neraka.
[14]
Berupa makanan, minuman, perkawinan dan pemandangan, di mana mereka
mendapatkan kenikmatan yang belum pernah mereka lihat, belum pernah
mereka dengar dan belum pernah terlintas di hati mereka.
[15]
Maksudnya, kejutan pada hari kiamat tidaklah membuat mereka sedih dan
gelisah. Yang demikian adalah ketika neraka didekatkan kepada manusia,
maka ia menampakkan kemarahannya kepada orang-orang kafir dan pelaku
maksiat. Ketika itu, manusia terkejut, sedangkan orang-orang mukmin
tidak sedih dan gelisah karena mereka mengetahui apa yang akan mereka
hadapi dan bahwa Allah akan mengamankan mereka dari kekhawatiran.
[16] Ketika mereka bangkit dari kubur.
[17]
Oleh karena itu, bergembiralah dengan karamah (kemuliaan) yang akan
diberikan kepadamu dan bersenanglah karena Allah mengamankan kamu dari
hal yang dikhawatirkan dan hal yang tidak diinginkan.
[18]
Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan, bahwa pada hari kiamat Dia
melipat langit yang luas dan besar ini seperti melipat atau menggulung
lembaran kertas, lalu bintang-bintangnya berserakan, matahari dan bulan
dilipat dan menyingkir dari tempatnya.
[19] Dari yang sebelumnya tidak ada.
[20] Yakni mengulangi kembali penciptaan seperti mengawali penciptaan.
[21] Maksudnya, akan melaksanakan janji tersebut karena sempurnanya kekuasaan-Nya.
[22]
Yang dimaksud dengan Zabur di sini adalah seluruh kitab yang diturunkan
Allah kepada nabi-nabi-Nya. Sebagian ahli tafsir mengartikan dengan
kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud ‘alaihis salam, sedangkan Adz
Dzikr adalah kitab Taurat. Ada pula yang menafsirkan adz dzikr dengan
Lauh Mahfuzh.
[23]
Ada yang menafsirkan dengan surga, dan ada pula yang menafsirkan dengan
bumi yang kita tempati ini, yakni bahwa orang-orang saleh akan Allah
berikan kekuasaan di muka bumi sebagaimana yang disebutkan dalam surah
An Nuur: 55.
[24] Yaitu mereka yang mengerjakan perintah dan menjauhi larangan.
[25] Dengan petunjuk Al Qur’an mereka bisa sampai kepada Allah dan sampai ke surga-Nya.
[26]
Selanjutnya, Allah memuji Rasul-Nya yang datang membawa Al Qur’an.
Diutus-Nya Beliau adalah rahmat bagi alam semesta. Orang-orang mukmin
menerima rahmat itu dan mensyukurinya, oleh karenanya mereka membenarkan
Beliau, sedangkan selain mereka kufur terhadap nikmat itu dan
menggantinya dengan kekafiran serta menolak rahmat tersebut.
[27]
Yakni dengan tunduk kepada apa yang diwahyukan kepadaku itu. Jika
mereka melakukannya, maka pujilah Tuhan mereka yang telah mengaruniakan
nikmat yang besar itu.
[28] Maksudnya, tidak mau beribadah kepada Allah Ta’ala saja.
[29]
Maksudnya: Oleh karena itu, janganlah kamu katakan ketika azab datang
menimpamu, “Tidak datang kepada kami seorang pemberi kabar gembira dan
peringatan.” Karena sekarang kita telah sama-sama mengetahui tentang
tempat kembali bagi orang-orang kafir.
[30] Yakni azab atau hari kiamat.
[31] Karena yang mengetahuinya adalah Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[32] Demikian pula perbuatan kamu dan ucapan serta perbuatan selain kamu.
[33] Maksudnya, melambatkan datangnya azab kepada kamu.
[34] Untuk menambah keburukanmu.
[35]
Yaitu antara kami dengan mereka yang mendustakanku dengan diturunkan
azab atau diberikan kemenangan terhadap mereka, dan Allah
mengabulkannya, di mana mereka diazab pada perang Badar, dan peperangan
yang lain sebelum tiba azab akhirat.
[36]
Dalam hal ini kami tidak merasa ujub dengan diri kami dan bersandar
kepada kemampuan kami, bahkan kami meminta pertolongan kepada Tuhan kami
Ar Rahman terhadap apa yang kamu katakan.
[37]
Seperti ucapan kamu bahwa Tuhan mempunyai anak, aku penyihir dan bahwa
Al Qur’an adalah sya’ir. Selesai tafsir surah Al Anbiyaa’ dengan
pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi awwalan wa aakhiran.
afsir Al Anbiya Ayat 96-112
Ayat 96-100: Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj merupakan tanda dekatnya hari Kiamat.
حَتَّى
إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ
يَنْسِلُونَ (٩٦) وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ
شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي
غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ (٩٧) إِنَّكُمْ وَمَا
تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنْتُمْ لَهَا
وَارِدُونَ (٩٨) لَوْ كَانَ هَؤُلاءِ آلِهَةً مَا وَرَدُوهَا وَكُلٌّ
فِيهَا خَالِدُونَ (٩٩) لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَهُمْ فِيهَا لا
يَسْمَعُونَ (١٠٠)
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 96-100
96. [1]Hingga apabila (tembok) Ya'juj dan Ma'juj dibukakan dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.
97. Dan (apabila) janji yang benar telah dekat[2], maka tiba-tiba mata orang-orang yang kafir terbelalak[3]. (Mereka berkata), "Alangkah celakanya kami! Kami benar-benar lengah tentang ini[4], bahkan kami benar-benar orang yang zalim[5].”
98. [6]Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah[7], adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.
99. Seandainya (berhala-berhala) itu tuhan[8], tentu mereka tidak akan memasukinya (neraka)[9]. Tetapi semuanya akan kekal di dalamnya.
100. Mereka merintih dan menjerit di dalamnya (neraka)[10] dan mereka di dalamnya tidak dapat mendengar[11].
Ayat 101-103: Selamatnya kaum mukmin dari neraka dan keamanan mereka pada hari yang sangat dahsyat, yaitu hari Kiamat.
إِنَّ
الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا
مُبْعَدُونَ (١٠١) لا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا وَهُمْ فِي مَا اشْتَهَتْ
أَنْفُسُهُمْ خَالِدُونَ (١٠٢) لا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ
وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ
تُوعَدُونَ (١٠٣
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 101-103
101. Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik dari Kami[12], mereka itu akan dijauhkan (dari neraka).
102. Mereka tidak mendengar bunyi desis (api neraka)[13], dan mereka kekal dalam menikmati semua yang mereka inginkan[14].
103. Kejutan yang dahsyat tidak membuat mereka merasa sedih[15], dan para malaikat akan menyambut mereka[16] (dengan ucapan), "Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu[17].”
Ayat 104-106: Di antara bukti kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang saleh.
يَوْمَ
نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ كَمَا بَدَأْنَا
أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ
(١٠٤) وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ
الأرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ (١٠٥) إِنَّ فِي هَذَا
لَبَلاغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ (١٠٦
104. [18](Ingatlah)
pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran
kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama[19], begitulah Kami akan mengulanginya lagi[20]. Suatu janji yang pasti Kami tepati; Sungguh, kami akan melaksanakannya[21].
105. Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur[22] setelah (tertulis) di dalam adz dzikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini[23] akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh[24].
106.
Sungguh, (apa yang disebutkan) di dalam (Al Qur’an) ini, benar-benar
menjadi petunjuk (yang lengkap) bagi orang-orang yang menyembah (Allah)[25].
Ayat
107-112: Risalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan
rahmat bagi alam semesta, di sana diserukan satu kesatuan yang
menyingkirkan berbagai perbedaan, yaitu risalah tauhid.
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (١٠٧) قُلْ إِنَّمَا يُوحَى
إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
(١٠٨) فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ آذَنْتُكُمْ عَلَى سَوَاءٍ وَإِنْ أَدْرِي
أَقَرِيبٌ أَمْ بَعِيدٌ مَا تُوعَدُونَ (١٠٩) إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ
مِنَ الْقَوْلِ وَيَعْلَمُ مَا تَكْتُمُونَ (١١٠) وَإِنْ أَدْرِي لَعَلَّهُ
فِتْنَةٌ لَكُمْ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ (١١١) قَالَ رَبِّ احْكُمْ
بِالْحَقِّ وَرَبُّنَا الرَّحْمَنُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ
(١١٢
Terjemah Surat Al Anbiya Ayat 107-112
107. [26]Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.
108.
Katakanlah (Muhammad), "Sungguh, apa yang diwahyukan kepadaku ialah
bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka apakah kamu telah berserah
diri (kepada-Nya) [27]?”
109. Jika mereka berpaling[28], maka katakanlah (Muhammad), "Aku telah menyampaikan kepadamu (azab) yang kita ketahui bersama[29], dan aku tidak tahu apakah yang diancamkan kepadamu[30] itu sudah dekat atau masih jauh[31]."
110. Sungguh, Dia (Allah) mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan terang-terangan[32], dan mengetahui pula apa yang kamu rahasiakan.
111. Dan aku tidak tahu, boleh jadi hal itu[33] cobaan bagi kamu[34] dan kesenangan sampai waktu yang ditentukan.
112. Dia (Muhammad) berkata, "Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil[35]. Dan Tuhan kami Maha Pengasih tempat memohon segala pertolongan[36] atas semua yang kamu katakan[37].”
[1]
Ayat ini merupakan tahdzir (peringatan) dari Allah kepada manusia agar
mereka berhenti dari kekafiran dan kemaksiatan, dan bahwa sesungguhnya
telah dekat waktu keluarnya Ya’juj dan Ma’juj; kedua kabilah besar dari
keturunan Adam yang telah dibuat dinding besar oleh Dzulqarnain ketika
manusia pada waktu itu mengeluhkan kepadanya tentang pengrusakan mereka
di muka bumi. Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj merupakan tanda besar hari
kiamat yang menunjukkan sudah sangat dekatnya hari kiamat. Mereka akan
keluar dari tempat-tempat tinggi dengan bersegera dan mengadakan
kerusakan di muka bumi, mengalahkan manusia dan tidak ada yang sanggup
memerangi mereka. Oleh karena itulah Nabi Isa ‘alaihis salam beserta
pengikutnya berlindung di balik gunung, hingga kemudian Beliau berdoa
kepada Allah agar mereka dibinasakan.
[2] Yaitu hari kiamat.
[3] Karena dahsyatnya.
[4] Yakni tentang hari kiamat sehingga mereka tidak beramal saleh dan mengisi hidup mereka dengan bersenang-senang.
[5]
Karena mendustakan para rasul. Ketika hari kiamat itulah, mereka dan
apa yang mereka sembah selain Allah dihadapkan ke neraka dan siap
menjadi bahan bakarnya, nas’alullahas salaamah wal ‘aafiyah.
[6]
Imam Thahawi meriwayatkan dalam Musykilul Atsar dengan sanadnya yang
sampai kepada Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, “Ada ayat
dalam kitabullah yang tidak ditanyakan kepadaku oleh orang-orang dan aku
tidak mengetahui, apakah mereka sudah mengetahui maksudnya sehingga
tidak bertanya.” Lalu dikatakan, “Ayat apa itu?” Ia menjawab, “Yaitu
ketika turun ayat, “Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.”
Ayat ini terasa berat bagi penduduk Mekah. Mereka berkata, “Muhammad
telah mencaci-maki tuhan-tuhan kita.” Lalu Ibnuz Zab’ariy bangkit dan
berkata, “Ada apa dengan kamu?” Mereka menjawab, “Muhammad telah
mencaci-maki tuhan-tuhan kita.” Ibnuz Zab’ariy berkata, “Apa yang ia
ucapkan.” Mereka menjawab, “Dia (Muhammad) berkata, ““Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah bahan bakar Jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.”
Ia (Ibnuz Zab’ariy) berkata, “Panggillah dia kepadaku.” Maka
dipanggilah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Ibnuz
Zab’ariy berkata, “Wahai Muhammad, apakah (ayat) ini ditujukan kepada
tuhan-tuhan kami saja atau untuk semua yang disembah selain Allah?”
Beliau menjawab, “Bahkan untuk semua yang disembah selain Allah ‘Azza wa
Jalla.” Ibnuz Zab’ariy berkata, “Kami akan pertentangkan hal itu, demi
Tuhan pemilik bangunan ini. Wahai Muhammad, bukankah engkau mengatakan
bahwa Isa adalah hamba yang saleh dan ‘Uzair adalah hamba yang salih,
demikian pula para malaikat adalah hamba yang saleh?”Beliau menjawab,
“Ya.” Ibnuz Zab’ariy berkata, “(Bukankah) Orang-orang Nasrani menyembah
Isa, orang-orang Yahudi menyembah ‘Uzair, dan Bani Mulaih ini menyembah
malaikat?” Penduduk Mekah pun bersorak karenanya, maka turunlah ayat, “Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik dari Kami, mereka itu akan dijauhkan (dari neraka.” (Terj. Al Anbiyaa’: 101) Demikian pula turun ayat, “Dan ketika putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya.” (Terj. Az Zukhruf: 57). Hadits ini menurut Syaikh Muqbil adalah shahih lighairih.
[7]
Sesembahan orang musyrik yang masuk ke dalam neraka adalah patung,
berhala dan orang yang disembah sedang dirinya ridha. Adapun Nabi Isa
‘alaihis salam yang disembah orang-orang Nasrani, ‘Uzair yang disembah
orang-orang Yahudi dan para malaikat yang disembah oleh sebagian
musyrikin, maka mereka tidak masuk neraka, karena mereka tidak ridha
disembah dan mereka tergolong ke dalam ayat 101 di surah ini.
[8] Sebagaimana yang kamu sangka.
[9]
Inilah hikmah mengapa sesembahan mereka dimasukkan pula ke dalam
neraka, agar jelas bagi mereka bahwa semua itu tidak pantas disembah.
[10]
Karena dahsyatnya azab. Ibnu Abi Hatim menyebutkan, bahwa Ibnu Mas’ud
berkata, “Apabila sudah tinggal orang-orang yang kekal di neraka, maka
mereka ditaruh ke dalam peti-peti dari api, di dalamnya ada paku-paku
dari api, sehingga salah seorang di antara mereka tidak melihat ada
orang selainnya yang diazab di neraka,” kemudian Ibnu Mas’ud membacakan
ayat, “Mereka merintih dan menjerit di dalamnya (neraka) dan mereka di dalamnya tidak dapat mendengar.”
[11]
Mereka tuli, bisu dan buta atau maksudnya mereka tidak mendengar selain
suara neraka karena besarnya suara gejolaknya, rintihannya dan
marahnya.
[12]
Yakni orang-orang yang telah dicatat tergolong orang-orang bahagia
dalam ilmu Allah, dalam Al Lauhul Mahfuzh, sehingga dimudahkan-Nya
mereka di dunia mengerjakan amal saleh.
[13] Karena jauhnya mereka dari neraka.
[14]
Berupa makanan, minuman, perkawinan dan pemandangan, di mana mereka
mendapatkan kenikmatan yang belum pernah mereka lihat, belum pernah
mereka dengar dan belum pernah terlintas di hati mereka.
[15]
Maksudnya, kejutan pada hari kiamat tidaklah membuat mereka sedih dan
gelisah. Yang demikian adalah ketika neraka didekatkan kepada manusia,
maka ia menampakkan kemarahannya kepada orang-orang kafir dan pelaku
maksiat. Ketika itu, manusia terkejut, sedangkan orang-orang mukmin
tidak sedih dan gelisah karena mereka mengetahui apa yang akan mereka
hadapi dan bahwa Allah akan mengamankan mereka dari kekhawatiran.
[16] Ketika mereka bangkit dari kubur.
[17]
Oleh karena itu, bergembiralah dengan karamah (kemuliaan) yang akan
diberikan kepadamu dan bersenanglah karena Allah mengamankan kamu dari
hal yang dikhawatirkan dan hal yang tidak diinginkan.
[18]
Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan, bahwa pada hari kiamat Dia
melipat langit yang luas dan besar ini seperti melipat atau menggulung
lembaran kertas, lalu bintang-bintangnya berserakan, matahari dan bulan
dilipat dan menyingkir dari tempatnya.
[19] Dari yang sebelumnya tidak ada.
[20] Yakni mengulangi kembali penciptaan seperti mengawali penciptaan.
[21] Maksudnya, akan melaksanakan janji tersebut karena sempurnanya kekuasaan-Nya.
[22]
Yang dimaksud dengan Zabur di sini adalah seluruh kitab yang diturunkan
Allah kepada nabi-nabi-Nya. Sebagian ahli tafsir mengartikan dengan
kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud ‘alaihis salam, sedangkan Adz
Dzikr adalah kitab Taurat. Ada pula yang menafsirkan adz dzikr dengan
Lauh Mahfuzh.
[23]
Ada yang menafsirkan dengan surga, dan ada pula yang menafsirkan dengan
bumi yang kita tempati ini, yakni bahwa orang-orang saleh akan Allah
berikan kekuasaan di muka bumi sebagaimana yang disebutkan dalam surah
An Nuur: 55.
[24] Yaitu mereka yang mengerjakan perintah dan menjauhi larangan.
[25] Dengan petunjuk Al Qur’an mereka bisa sampai kepada Allah dan sampai ke surga-Nya.
[26]
Selanjutnya, Allah memuji Rasul-Nya yang datang membawa Al Qur’an.
Diutus-Nya Beliau adalah rahmat bagi alam semesta. Orang-orang mukmin
menerima rahmat itu dan mensyukurinya, oleh karenanya mereka membenarkan
Beliau, sedangkan selain mereka kufur terhadap nikmat itu dan
menggantinya dengan kekafiran serta menolak rahmat tersebut.
[27]
Yakni dengan tunduk kepada apa yang diwahyukan kepadaku itu. Jika
mereka melakukannya, maka pujilah Tuhan mereka yang telah mengaruniakan
nikmat yang besar itu.
[28] Maksudnya, tidak mau beribadah kepada Allah Ta’ala saja.
[29]
Maksudnya: Oleh karena itu, janganlah kamu katakan ketika azab datang
menimpamu, “Tidak datang kepada kami seorang pemberi kabar gembira dan
peringatan.” Karena sekarang kita telah sama-sama mengetahui tentang
tempat kembali bagi orang-orang kafir.
[30] Yakni azab atau hari kiamat.
[31] Karena yang mengetahuinya adalah Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[32] Demikian pula perbuatan kamu dan ucapan serta perbuatan selain kamu.
[33] Maksudnya, melambatkan datangnya azab kepada kamu.
[34] Untuk menambah keburukanmu.
[35]
Yaitu antara kami dengan mereka yang mendustakanku dengan diturunkan
azab atau diberikan kemenangan terhadap mereka, dan Allah
mengabulkannya, di mana mereka diazab pada perang Badar, dan peperangan
yang lain sebelum tiba azab akhirat.
[36]
Dalam hal ini kami tidak merasa ujub dengan diri kami dan bersandar
kepada kemampuan kami, bahkan kami meminta pertolongan kepada Tuhan kami
Ar Rahman terhadap apa yang kamu katakan.
[37]
Seperti ucapan kamu bahwa Tuhan mempunyai anak, aku penyihir dan bahwa
Al Qur’an adalah sya’ir. Selesai tafsir surah Al Anbiyaa’ dengan
pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi awwalan wa aakhiran.
Dalam riwayat lain tangannya membentuk isyarat 70 atau 90), Aku bertanya; “Ya Rasulullah SAW, apakah kita akan dihancurkan walaupun ada orang-orang shalih ?” Beliau menjawab; “Ya, Jika banyak kejelekan,” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim).
Nama Yakjuj dan Makjuj dalam Al-Quran sendiri disebut sebanyak dua kali, yaitu di dalam Surah al-Kahfi ayat 94 dan surah al-Anbiya ayat 96. Di dalam surah al-Kahfi diterangkan bahawa Yakjuj dan Makjuj adalah orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Di dalam surah al-Anbiya, disebutkan bahawa Yakjuj dan Makjuj itu akan segera turun dengan cepat dari tempat yang tinggi ketika tembok penghalang mereka terbuka sebagai tanda telah dekatnya kedatangan janji Allah swt.
Al-Quran tidak menerangkan siapa sebenarnya Yakjuj dan Makjuj, dari bangsa dan keturunan mana mereka itu. Al-Quran hanya menjelaskan sifat-sifat mereka, yaitu kaum pembuat kerusakan di bumi; jika tembok penghalang dibuka, mereka akan turun mengalir seperti mengalirnya air bah, dan apabila tembok penghalang kokoh, mereka tidak akan masuk dan tidak dapat membuat kerusakan. Oleh karena itu timbullah beberapa tafsiran, antara lain:
(1) Ahmad Mustafa al-Maragi dalam kitab tafsirnya menyatakan bahawa Yakjuj adalah bangsa Tartar, dan Makjuj adalah bangsa Mongol. Mereka berasal daripada satu bapak yang bernama Turk, tempat tinggal mereka di bagian utara Asia. Daerah mereka memanjang dari Tibet dan China sampai ke Laut Baku Utara, di barat sampai Turkestan. Dalam pelbagai zaman, bangsa-bangsa ini sering menyerang, membuat kerusakan di muka bumi dan menghancurkan bangsa-bangsa lain.
Di antara mereka terdapat bangsa-bangsa yang kejam, turun dari bukit-bukit di Asia Tengah dan pergi ke Eropa, seperti bangsa Semith, Simeria, dan Hun. Mereka banyak menyerang negeri-negeri China dan Asia Barat. Dengan munculnya Temujin yang dikenal dengan nama Genghis Khan (di dalam bahasa Mongol bermaksud “Raja Alam” pada awal abad ke-7 H / 12 M, bersama tentaranya yang perkasa keluar jauh ke Asia Tengah. Ia menundukkan China Utara kemudian pergi ke negeri-negeri Islam, lalu menundukkan Sultan Qutbuddin bin Armilan, salah seorang Raja Seljuk yang menganut aliran Khawarij. Genghis Khan melakukan kekejaman yang belum pernah berlaku sebelumnya di negeri tersebut.
(2) Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbali), seperti dikutip Ibnu Kasir menyebutkan bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Nuh memiliki tiga orang anak, yaitu Sam, nenek moyang orang Arab; Ham, nenek moyang orang Sudan; dan Yafis, nenek moyang orang Turk.”
Menurut sebahagian ulama, Yakjuj dan Makjuj adalah keturunan Yafis, putera Nuh ini. Demikian juga pendapat Nasafi, seorang ahli fekah, usul fekah dan tafsir yang bermazhab Hanafi yang menyatakan bahawa Yakjuj berasal dari suku Turk, dan Makjuj berasal dari suku Jail serta Dailam keturunan Yafis yang membuat kerusakan di muka bumi. Mereka tidak mati dan masing-masing memiliki seribu keturunan yang dilengkapi dengan senjata.
(3) Hamka juga memberi tafsiran bahwa Yakjuj dan Makjuj adalah segala gerakan yang telah dan akan merusak dunia ini. Oleh karena itu, baik diri, keluarga, maupun negara serta bangsa wajib mendirikan tirai besi sebagai benteng agar Yakjuj dan Makjuj tidak dapat masuk. Mungkin Yakjuj dan Makjuj dapat ditafsirkan sebagai pikiran jahat, bermaksud buruk, dan ideologi yang menyesatkan yang dianuti sebagian manusia.
Manusia yang menganut paham kelicikan dan mempergunakan manusia sesamanya sebagai alat untuk merusak bumi ini. Sebab itu, pikiran yang baik, cita-cita yang mulia, dan ideologi yang sehat harus ditanam dengan teguh pada setiap diri, keluarga, dan negara serta bangsa untuk membentengi Yakjuj dan Makjuj. Yakjuj dan Makjuj laksana air, senantiasa mencari tempat untuk masuk walaupun hanya sebesar lubang jarum. Wallahu alam