Minggu, 02 Oktober 2016

Ketahuilah Apa Yang Dimaksud Dengan Kepemimpinan 12 Imam | Inilah Yang Dimaksud Dengan Kepemimpinan 12 Imam

Kepemimpinan Dua Belas Imam

Kepemimpinan Dua Belas Imam (Bahasa Arab: امامت ائمّه اثنی عشر ) adalah tampuk kepemimpinan dan wewenang khusus dari Allah Swt yang dimiliki 12 manusia suci pengganti Nabi Muhammad Saw. Menurut ajaran Syiah Imamiah, Allah Swt mengangkat dua belas manusia suci keturunan tertentu Nabi Saw (yang disebut Ahlulbait) sebagai Imam dan menganugerahi mereka wewenang mutlak atas umat manusia. Sebab itu, Syiah Imamiah juga disebut dengan Syiah Dua Belas Imam.


Daftar isi

  • 1 Urutan Nama-nama Dua Belas Imam Syiah Imamiah
  • 2 Dalil Imamah Ahlul Bait As
    • 2.1 Dalil Pertama: Riwayat tentang 12 Khalifah
      • 2.1.1 Riwayat-riwayat tersebut Hanya Relevan dengan Ahlulbait
    • 2.2 Dalil kedua: Riwayat yang Menyebutkan Nama-nama para Imam
    • 2.3 Dalil ketiga: Kemaksuman (kesucian dari dosa) para Imam As
    • 2.4 Dalil keempat: Keutamaan para Imam
      • 2.4.1 Pengakuan para Pemuka Ahlusunnah akan Keutamaan Dua Belas Imam
    • 2.5 Dalil kelima: Mukjizat/karamah
  • 3 Catatan Kaki
  • 4 Daftar Pustaka

Urutan Nama-nama Dua Belas Imam Syiah Imamiah

Ali, Hasan, Husain, Ali, Muhammad, Ja’far, Musa, Ali, Muhammad, Ali, Hasan – alaihimussalam- dan Muhammad –‘ajjalallah farajahu al-Syarif-.

Dalil Imamah Ahlul Bait As

Ada banyak dalil sebagai bukti keimamahan para Imam Ahlul Bait As. Namun secara garis besar, ada dua jenis dalil, riwayat dan kriteria khusus mereka.

Dalil Pertama: Riwayat tentang 12 Khalifah

Di antara dalil yang membuktikan Imamah dua belas Imam adalah hadis-hadis yang menjelaskan tentang para pengganti Nabi Saw yang berjumlah 12 orang dan seluruhnya keturunan Quraisy. Di samping termuat dalam kitab Syiah, hadis-hadis tersebut juga terdapat di dalam kitab-kitab rujukan Ahlusunnah seperti Shahih Muslim, Shahih Ibnu Hibban, Sunan Tirmidzi, Sunan Ibnu Daud, Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad Bin Hanbal, Musnad Bin Ja’di, Musnad Abu Ya’la, Kanzul ‘Ummal dan lain sebagainya. Dalam sebagian hadis, Nabi Saw menyebut kedua belas orang tersebut dengan sebutan ‘itsna ‘asyar khalifah’ (dua belas khalifah). Seperti hadis yang berbunyi: “Setelahku nanti akan ada dua belas khalifah, seluruhnya dari Quraisy”.

[1] “Agama (Islam) ini akan selalu kukuh dan tak terkalahkan sampai (berlalu) dua belas khalifah, seluruhnya dari Quraisy”.
[2] “Agama (Islam) akan selalu tegak kukuh hingga dua belas khalifah dari Quraisy.
[3]Dalam riwayat lain Nabi Saw menjelasan tentang para Imam setelahnya dengan sebutan ‘itsna ‘asyar amiran’ (dua belas pemimpin), seperti hadis: “Setelahku nanti akan ada dua belas pemimpin… seluruhnya dari Quraisy”.  
[4]Dalam hadis lain disebutkan bahwa jumlah pengganti Rasulullah Saw itu seperti jumlah pemimpin Bani Israil, contohnya, “Sesungguhnya jumlah khalifah setelahku nanti jumlahnya (sama dengan) pemimpin (di zaman) Musa.”
 [5] “Khalifah setelahku nanti ada dua belas, seperti para pemimpin Bani Israil”. 

Riwayat-riwayat tersebut Hanya Relevan dengan Ahlulbait

Sebagian peneliti Ahlusunnah mengakui, maksud dari dua belas orang yang disebut dalam hadis Nabi Saw adalah dua belas orang dari Ahlulbait As. Karena hadis-hadis tersebut tidak sesuai dengan orang lain, baik para khalifah setelah Nabi Saw, karena jumlah mereka kurang dari dua belas, maupun para penguasa Bani Umayyah, karena jumlah mereka lebih dari dua belas. Di samping itu, para penguasa Bani Umayyah adalah orang-orang zalim. Begitupun jika diterapkan dengan para khalifah Bani Abasiah juga tidak cocok karena jumlah mereka lebih dari dua belas orang.

Karena itu, hadis Nabi Saw tersebut hanya relevan dan sesuai dengan dua belas Imam yang seluruhnya merupakan Ahlulbait Nabi Saw. Sebab dari segi keilmuan, kemuliaan, wara’, ketakwaan dan nasab, mereka lebih unggul dibanding siapapun. Hal itu didukung oleh Hadis Tsaqalain dan hadis-hadis semisal yang menerangkan bahwa maksud Nabi Saw dengan dua belas Imam adalah dua belas orang dari pihak Ahlul Bait Nabi Saw. 

Dalil kedua: Riwayat yang Menyebutkan Nama-nama para Imam

Hadis-hadis Nabi Saw yang menerangkan tentang dua belas orang pengganti Rasulullah Saw yang seluruhnya dari pihak Ahlul Bait mempunyai beberapa kelompok, di antaranya:
  • Hadis yang menyebutkan bahwa Amirul Mukminin Ali As adalah Imam pertama dan Imam Mahdi Aj adalah Imam terahir. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
“Imam setelahku ada dua belas orang. Yang pertama Ali dan yang terakhir al-Qaim (Imam Muhammad al-Mahdi). Mentaati mereka berarti mentaatiku, dan menentang mereka berarti menentangku. Barang siapa mengingkari mereka berarti mengingkariku.” Dalam kesempatan lain Nabi Saw bersabda: “Imam setelahku ada dua belas orang. Yang pertama Ali dan yang terakhir al-Qaim. Mereka adalah penggantiku, washiku, kekasihku, hujjah Allah untuk umatku setelahku. Yang mengakui kepemimpinan mereka adalah mukmin, dan yang mengingkarinya adalah kafir.” 
  • Hadis yang menyebutkan bahwa sembilan dari dua belas Imam setelah Nabi Saw merupakan keturunan Imam Husain As, dan yang terakhir adalah al-Qaim (Imam Mahdi Af).
Abu Dzar meriwayatkan, Rasulullah Saw bersabda: “Imam setelahku ada dua belas orang. Sembilan di antaranya adalah keturunan al-Husain, (keturunan) kesembilannya adalah al-Qaim-nya mereka (yang bangkit). Ketahuilah! Perumpamaan mereka bagi kalian bagaikan bahtera Nuh. Barang siapa menaikinya maka akan selamat, dan yang meninggalkannya akan celaka.” 
  • Hadis yang menerangkan tentang beberapa nama Imam, misalnya:
“Imam setelahku ada dua belas orang. Yang pertama Ali, yang kedelapan Ali, yang kesepuluh Ali dan yang terakhir al-Mahdi Af.” “Sesungguhnya Imam setelahku ada dua belas. Mereka berasal dari keluargaku. Yang pertama Ali, yang tengah Muhammad, dan yang terakhir Muhammad, ia adalah Mahdi-nya umat ini. Kelak, Isa putra Maryam akan shalat di belakangnya.” 
  • Hadis yang menyebutkan keseluruhan dua belas Imam beserta nama dan julukan masing-masing. 
Dalam Hadis Lauh juga disebutkan nama-nama dua belas Imam beserta kriteria masing-masing dari mereka.

Dalil ketiga: Kemaksuman (kesucian dari dosa) para Imam As

Dalil ketiga tentang Imamah para Imam As adalah kemaksuman mereka. Banyak hadis yang menerangkan kemaksuman para Imam Ahlulbait As. Hadis-hadis tersebut pada hakikatnya adalah arahan bagi kita untuk menggunakan rasio menyangkut masalah Imamah para Imam Ahlulbait As. Sebab logisnya, Imam harus maksum. Sedangkan di antara umat manusia tidak ada maksum selain para Imam Ahlulbait As, Karena itu dapat dipastikan bahwa mereka adalah Imam.

Dalil keempat: Keutamaan para Imam

Dengan melihat keutamaan spiritual yang dimiliki para Imam Ahlulbait As kita bisa mengetahui dan meyakini bahwa mereka adalah Imam penerus Rasulullah Saw. Para Imam Syiah As memiliki berbagai kesempurnaan dan keutamaan spiritual yang lebih tinggi dibanding siapapun, seperti ilmu, kemaksuman dan sebagainya. Karena itu mereka layak memegang tampuk Imamah dan kepemimpinan mutlak bagi umat manusia. Dengan keberadaan Ahlulbait yang memiliki kriteria husus tersebut, sangat tidak logis jika kita lebih mengutamakan orang lain sebagai pemimpin dibanding mereka. Menurut akal sehat hal itu adalah perbuatan buruk.

Falsafah Imamah menuntut bahwa Imam sebagai penjaga risalah Nabi Saw dan pemberi hidayah sekaligus pemimpin agama dan dunia itu harus lebih utama dan layak dari siapapun. Itu supaya orang lain mentaatinya dan menjadikannya sebagai teladan dalam segala hal. Karena itu, Imam mesti memiliki kepribadian luhur dan kesucian jiwa yang sempurna. Dan ternyata, dua belas Imam Ahlulbait adalah manusia-manusia yang memiliki kepribadian paling sempurna di setiap zamannya. Semua pihak mengakui keagungan mereka. Bahkan pihak-pihak yang pernah mendebat mereka pun merasa kecil di hadapan mereka karena luasnya ilmu dan agungnya spiritual mereka.

Pengakuan para Pemuka Ahlusunnah akan Keutamaan Dua Belas Imam

Para ulama dan pemuka Ahlusunnah mengakui keutamaan yang dimiliki para Imam Ahlul Bait As. Bentuk pengakuan mereka memiliki dua jenis: Sebagian mengakui keutamaan Ahlul Bait Nabi Saw secara umum. Sebagian lainnya mengakui keutamaan masing-masing dari tiap Imam Ahlul Bait As, misalnya: Muhyiddin Arabi ketika membicarakan kemuliaan dan kedudukan Ahlul Bait As ia menyebutkan, “Di dunia ini tidak ada mahluk yang sebanding dengan Ahlul Bait Nabi Saw. Mereka layak menjadi pemimpin. Memusuhi mereka adalah kerugian yang nyata. Mencintai mereka adalah ibadah sejati.”

Abdullah Bin Muhammad al-Syabrawi, salah seorang fakih Ahlusunnah, berkata, “Ahlul Bait Rasulullah Saw memiliki segenap keutamaan. Siapapun yang ingin menutup-nutupi keutamaan mereka, sama saja ingin menutupi sinar matahari. Siapapun yang bertanya kepada mereka pasti menerima jawaban yang logis dan memuaskan. Dan tiap orang yang berdebat dengan mereka pasti kalah.

Imam Syafi’i, imam mazhab Syafi’i, menyampaikan ungkapan yang ditujukan kepada Ahlul Bait Nabi Saw, “Wahai keluarga Nabi Saw, dalam al-Qur’an Allah mewajibkan untuk mencintai kalian. Kewajiban mambaca shalawat untuk kalian sebagai syarat diterimanya shalat itu cukup sebagai bukti bahwa kalian adalah manusia agung dan mulia.”

Muhammad Husain al-Dzahabi, pengajar di Universitas al-Azhar dan pengarang kitab al-Tafsir wa al-Mufassirun, ketika berbicara tentang keutamaan Amirul Mukminin Ali As, menyampaikan “Ali adalah samudra ilmu dan pengetahuan tak bertepi. Ia memiliki argumentasi kuat. Kefasihan dan balagahnya tak tertandingi. Memiliki ketajaman pemikiran dan akal yang sempurna. Sering kali para sahabat bertanya padanya untuk menyelesaikan problem dan untuk memahami masalah ilmu dan agama”.

Ibnu Shabag al-Maliki (wafat 855 H) dalam kitab al-Fushul al-Muhimmah berkata, “Ali menguasai seluruh masalah tentang halal dan haram. Ia mengetahui hukum-hukum yang sangat rumit dan hakikat segala hal. Ia mengetahui tiap hukum beserta tempat penerapannya dengan jelas.”

Muhammad Bin Muslim al-Zahri (wafat 124 H), salah seorang tabi’in dan fakih, berkata mengenai tingkatan ilmu Imam Ali Zainal Abidin As, “Saya tidak melihat ada orang yang lebih fakih dari Zainal Abidin”.

Abdullah Bin Atha, seorang ulama besar yang sezaman dengan Imam Baqir As, menjelaskan tentang kedalaman ilmu Imam Baqir As, ia berkata, “Tidak pernah kudapati ada ulama yang merasa dirinya lebih rendah di hadapan orang dibanding saat di hadapan Abu Ja’far. Ulama besar sekelas Hakam Bin Utaibah dengan segala level keilmuannya pun ketika berada di hadapan Abu Ja’far (Imam Baqir As) itu seperti anak kecil yang baru belajar.”

Ketika Abu Hanifah, salah satu imam empat mazhab Ahlus Sunnah, ditanya tentang siapa ulama yang paling berilmu, ia menjawab, “Aku tidak melihat ada ulama yang lebih berilmu dibanding Ja’far Bin Muhammad al-Shadiq”. ref>Dzahabi, Sair I’lam Nubala’, jld. 6, hlm. 258. Hamu, Tarikh al-Islam, jld. 9, hlm. 89. </ref>

Malik Bin Anas (174 H), Imam mazhab Maliki, berkata, “Tidak pernah terlihat, terdengar dan terasa ada orang yang ilmu, ibadah dan wara’nya lebih utama dibanding Ja’far Bin Muhammad al-Shadiq”. 
Abu Utsman umar Bin Bahr (wafat 255 H) berkata, “Ja’far Bin Muhammad adalah orang yang mengisi dunia dengan ilmu dan fikih. Para ulama besar seperti Abu Hanifah, Sufyan al-Tsauri dan lainnya merasa bangga menjadi muridnya”.
 
Dan masih banyak lagi pengakuan dan penjelasan yang disampaikan para pembesar Ahlus Sunnah berkenaan dengan keutamaan dan kebesaran para Imam Syiah As.

Dalil kelima: Mukjizat/karamah

Di antara bukti Imamah dua belas Imam Syiah adalah mukjizat yang mereka miliki. Mukjizat mereka nampak dengan berbagai bentuk, di antaranya:
  1. Memberi tahukan tentang kejadian di masa depan yang ternyata di kemudian hari benar-benar terjadi.
  2. Memberi tahukan tentang hal-hal gaib yang tidak dapat diketahui dengan cara wajar.
  3. Menampakkan keilmuan di masa kecil yang dapat mencngangkan semua orang bahkan tidak ada yang dapat menandinginya.
  4. Menyembuhkan mata buta Abu Bashir hingga dapat melihat sempurna oleh Imam Muhammad Baqir As.
  5. Mempraktikkan kemampuan supernatural dengan izin Allah, misalnya:
    • Membuat Hajar Aswad dapat berbicara, sebagaimana yang dilakukan Imam Ali Zainal Abidin As ketika memerintahkannya berbicara dan bersaksi atas kebenaran Imamah beliau. 
    • Berbuahnya pohon kurma kering atas perintah Imam Hasan Mujtaba As. 
Dan ratusan contoh mukjizat lainnya yang tercantum dalam kitab-kitab hadis dan sejarah muktabar seperti Ushul Kafi, Manaqib Ibn Syahr Asyub, Isbat al-Washiah Mas’udi, Dalail al-Imamah Thabari, dan lain sebaginya. Munculnya mukjizat dari para Imam maksum yang disertai dengan klaim imamah merupakan bukti bahwa mereka adalah Imam. Sebagaimana mukjizat yang dimiliki para Nabi juga bukti kebenaran klaim kenabian yang mereka sampaikan.

Catatan Kaki


  • Musnad Ahmad, jld. 5, hlm. 92. Musnad Ibnu Ja’di, hlm. 390. Shahih Ibnu Habban, jld. 5 hlm. 44.

  • Shahih Muslim, jld. 6, hlm. 4. Musnad Abu Daud, hlm. 105. Ibnu Abi Ashim, al-Ahad wa al-Mutsana, jld. 3, hlm. 126.

  • Musnad Ahmad, jld. 5, hlm. 86. Musnad Abu Ya’la, jld. 13, hlm. 456.

  • Shahih Bukhari, jld. 8, hlm. 127. Musnad Ahmad, jld. 5, hlm. 94. Sunan Tirmidzi, jld. 3, hlm. 340.

  • Suyuthi, al-Jami’ al-Shagir, jld. 1, hlm. 350. Muttaqi Hindi, Kanzul ‘Ummal, jld. 6, hlm. 89.

  • Qanduzi, Yanabi’ al-Mawaddah, jld. 2, hlm. 315. Shaduq, Amali, hlm. 387. Sayid Hasyim Bahrani, Ghayah al-Muram, jld. 2, hlm. 271.

  • Qanduzi, Yanabi’ al-Mawaddah, jld. 3, hlm. 292-293.

  • Shaduq, al-I’tiqadat Fi Din al-Imamiah, hlm. 104. Hamu, ‘Uyun Akhbar al-Ridha As, jld. 2, hlm. 62.

  • Shaduq, Man La Yahdhuruh al-Faqih, jld. 4, hlm. 180.

  • Sayid Hasyim Bahrani, Ghayah al-Muram, jld. 3, hlm. 22.

  • Sabzewari, Ma’arij al-Yaqin, hlm. 62.

  • Sayid Hasyim Bahrani, Ghayah al-Muram, jld. 2, hlm. 238.

  • Shaduq, Kamal al-Din Wa Tamam al-Ni’mah, hlm. 258. Thabarsi, al-Ihtijaj, jld. 1, hlm. 87. Khazaz Qommi, Kifayah al-Atsar, hlm. 145.

  • Kulaini, al-Kafi, jld. 1, hlm. 8. Ibnu Babawaih Qummi, al-Imamah Wa al-Tabshirah, hlm. 104. Mufid, al-Ikhtishash, hlm. 210.

  • Shaduq, Kamal al-Din, hlm. 280. Hamu, ‘Uyun Akhbar al-Ridha As, jld. 2, hlm. 66. Sayid Hasyim Bahrani, Ghayah al-Muram, jld. 1, hlm. 195. Khazaz Qommi, Kifayah al-Atsar, hlm. 135. Muhammad Baqir Majlisi, Bihar al-Anwar, jld. 36, hlm. 331.

  • Hilli, Kasyfu al-Murad, hlm. 539.

  • Arabi, Futuhat Makkiah, jld. 4, hlm. 139.

  • Syafi’i Syabrawi, al-Ittihaf, hlm. 17.

  • Qanduzi, Yanabi’ al-Mawaddah, jld. 3, hlm. 103.

  • Dzahabi, al-Tafsir Wa al-Mufassirun, jld. 1, hlm. 89.

  • Ibnu Shabag, al-Fushul al-Muhimmah, hlm. 30-34.

  • Dzahabi, Tadzkirah al-Huffaz, jld. 1, hlm. 75.

  • Ibnu Azakir, Tarikh Madinah Dimashq, jld. 54, hlm. 278. Syafi’i, Mathalib al-Su-ul, hlm. 430.

  • Qismat al-Tarikh, hlm. 197.

  • Rasail Jahidz, hlm. 106.

  • Thabarsi, I’lam al-Wara, jld. 1, hlm. 503.

  • Halabi, Taqrib al-Ma’arif Fi al-Kalam, hlm. 119-123.

    1. Ibid.

    Daftar Pustaka

    • Ibnu Bababaih Qommi, Abu al-Hasan Bin Ali Bin al-Husain (329 H), al-Imamah Wa al-Tabshurah Min al-Hirah, penelitian Ali Akbar Gaffari, Dar al-Kutub al-Islamiah, Tehran, 1363 Hs.
    • Ibnu Habban (739 H), Shahih, Muassasah al-Risalah, 1414 H/1993 M.
    • Ibnu Shabag, Ali Bin Muhammad Bin Ahmad (855 H), al-Fushul al-Muhimmah Fi Ma’rifah Ahwal al-Aimmah As, cetakan al-Adl, Najaf.
    • Ibnu Asakir, Ali Bin al-Husain (571 H), Tarikh Madinah Dimashq, penelitian Ali Syubairi, Dar al-Fikr, Bairut, 1415 H.
    • Abu al-Ja’di Jauhari Bagdadi, Ali Bin al-Ja’di, Musnad, Bairut, Muassasah Nadir.
    • Ahmad Bin Hanbal, Musnad, Dar Shadir, Bairut, tanpa tahun.
    • Bahrani, Sayid Hasyim, Ghayah al-Muram Wa Hujjah al-Khisham Fi Ta‎’yin al-Imam ‘An Thariq al-Khash Wa ‘Am, penelitian Sayid Ali Asyur, tanpa tahun.
    • Bukhari, Muhammad Bin Ismail, Shahih, penelitian DR. Musthafa Raib al-Bagha’, Dar al-Ihya’ al-Turats al-Arab, Bairut.
    • Tirmidzi, Muhammad Bin Isa Bin Surah, al-Jami’ al-Shahih, penelitian Muhammad Fuad, Dar al-Ihya’ al-Turats al-Arab, Bairut.
    • Halabi, Abu al-Shalah Taqi al-Din Bin Ubaidillah (374 H), Taqrib al-Ma’arif Fi al-Kalam, penelitian Reza Ustadi, 1363 Hs/1404 H.
    • Hilli, Hasan Bin Yusuf, Kashf al-Murad Fi Syarh Tajrid al-I’tiqad, penelitian Ayatullah Hasan Zadeh Amuli, Muassasah al-Nashr al-Islami al-Tabi’ah Li Jami’ah al-Mudarisin, Qom, 1425 H.
    • Khazaz Qommi Razi, Abu al-Qasim Ali Bin Muhammad, Kifayah al-Atsar Fi al-Nash ‘Ala al-Aimmah al-Itsna ‘Asyar, penelitian Sayid Abdul Latif Husaini Kuh Kamari, terbitan Bidar, Qom, 1401 H.
    • Dzahabi, Tarikh al-Islam, penelitian Umar Abdussalam Turmari, Dar al-Kitab al-Arabi, Bairut, 1407 H/1987 M.
    • Dzahabi, Syamsu al-Din Muhammad Bin Ahamad Bin Utsman (748 H), Tadzkirah al-Huffaz, Dar al-Ihya’ al-Turats al-Arabi, Bairut.
    • Dzahabi, Syamsuddin Muhammad Bin Ahamad Bin Utsman, Sair I’lam Nubala’, Muassasah al-Risalah, Bairut, 1413 H/1993 M.
    • Sabzewari, Muhammad Bin Muhammad (abad ke-7), Ma’arij al-Yaqin Fi Ushul al-Din, penelitian ‘Ala Aali Ja’far, Muassasah Aali al-Bait As Li Ihya al-Turats, Qom, 1410 H/1993 M.
    • Suyuthi, Jalaluddin (911 H), al-Jami’ al-Shagir Fi Ahadits al-Basyir al-Nadzir, Dar al-Fikr, Bairut, 1401 H/1981 M.
    • Syafi’i, Kamaluddin Muhammad Bin Thalhah (652 H), Mathalin al-Su-ul Fi Manaqib Aali al-Rasul Saw, penelitian Majid Ahmad al-Athiah.
    • Syafi’i Syabrawi, Abdullah Bin Muhammad (1172 H), al-Ittihaf, Mesir.
    • Shaduq, Muhammad Bin Ali Bin Babawaih Qommi (381 H), al-Amali, penelitian dan terbitan Muassasah al-Bi’sah, Qom, 1417 H.
    • Shaduq, Muhammad Bin Ali Bin Babawaih Qommi, Kamal al-Din Wa Tamam al-Ni’mah, penelitian Ali Akbar Gaffari, Muassasah al-Nashr al-Islami al-Tabi’ah Li Jami’ah al-Mudarisin, Qom, 1416 H.
    • Shaduq, Muhammad Bin Ali Bin Babawaih Qommi, Man La Yahdhuruh al-Faqih, revisi Ali Akbar Gaffari, terbitan Jamiah Mudarrisin, Qom, 1404 H/1363 Hs.
    • Shaduq, Muhammad Bin Ali Bin Babawaih Qommi, ‘Uyun Akhbar al-Ridha As, penelitian Syaikh Husain al-A’lami, Muassasah al-A’lami, Bairut, 1404 H/1984 M.
    • Dhahhak, Ibnu Abi Ashim, al-Ahad Wa al-Mutsanna, penelitian Faisal Ahmad al-Jawabirah, Dar al-Dirasah, 1411 H/1991 M.
    • Thabarsi, Abu Ali Fadl Bin Husain, I’lam al-Wara Bi I’lam al-Huda, Muassasah Aali al-Bait As Li Ihya’ al-Turats, Qom, 1417 H.
    • Thabarsi, Abu Manshur Ahmad Bin Ali Bin Abu Thalib (548 H), al-Ihtijaj, penelitian Sayid Muhammad Baqir Khurasani, Dar al-Nu’man, Najaf al-Asyraf, 1386/1966 M
    • Arabi, Muhyiddin Muhammad Bin Ali (638 H), al-Futuhat al-Makkiah, Dar Shadir, Bairut.
    • Qanduzi, Sulaiman Bin Ibrahim Bin Muhammad (1294 H), Yanabi’ al-Mawaddah, Muassasah al-A’lami Li al-Mathbu’at, Bairut.
    • Kulaini, Abu Ja’far Muhammad Bin Ya’qub (329 H), al-Kafi, Dar al-Kitab al-Islamiah, Tehran, 1363 Hs.
    • Muttaqi Hindi, Ali Bin Husamuddin, Kanzul ‘Ummal Fi Sunan al-Aqwal Wa Af’al, penelitian Syaikh Kubra Hayati, Muassasah al-Risalah, Bairut, 1409 H/1989 M.
    • Majlisi, Muhammad Baqir, Bihar al-Anwar, penelitian Yahya Abidi dan Abdurrahim Rabbani, Muassasah al-Wafa’, Bairut, 1403 H/1983 M.
    • Muslim Bin Hajjaj Neisyaburi, Shahih, Dar Ihya’ al-Turats al-Arabi, Bairut.
    • Mufid, Muhammad Bin al-Nu’man al-Abkari (413 H), al-Ikhtishash, Dar al-Mufid, Bairut, 1414 H/1993 M.
    • Tamimi, Ahmad Bin Ali, Musnad Abu Ya’la, Dimashq, Dar al-Makmun Li al-Turats.
    • Shaduq, Muhammad Bin Ali, al-I’tiqad Fi Din al-Imamiah, Dar al-Mufid Li al-Thaba’ah Wa al-Nasyr, Bairut.

    Share on Facebook
    Share on Twitter
    Share on Google+
    Tags :

    Related : Ketahuilah Apa Yang Dimaksud Dengan Kepemimpinan 12 Imam | Inilah Yang Dimaksud Dengan Kepemimpinan 12 Imam

    Comments
    0 Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar