Makan adalah aktivitas yang pasti dilakukan setiap manusia. Cara dan pola makan sangat berpengaruh pada kesehatan jasmani, bahkan rohani kita. Rasulullah Muhammad SAW telah mencontohkan cara dan pola makan ideal yang membuatnya hanya pernah 3x sakit selama hidupnya.
Prinsip yang selalu dipegang Rasulullah Muhammad terkait dengan makanan adalah:
- Hanya makan makanan yang Halal (diperbolehkan sesuai syariat) dan Thayyib (baik gizi dan kandungannya)
- Jangan pernah makan hingga terlalu kenyang.
- Jangan tergoda makan lagi sesudah kenyang
- Jangan makan melebihi sepertiga perut, karena sepertiga lainnya adalah untuk minuman dan sepertiga terakhir untuk udara (nafas).
- Bacalah doa sebelum makan;
- Minimal bacalah basmalah: “Bismillah“.
- Jika kita lupa membaca doa, lalu teringat ketika sedang makan, bacalah: “Bismillahi fii awwalihi wa aakhirihi“, yang artinya: “Dengan menyebut nama Allah pada awal dan akhirnya”.
- Duduklah dengan baik, tegap dan tidak bersandar, agar makanan turun dengan sempurna;
- Mencuci tangan sebelum makan;
- Makanlah dengan tangan kanan;
- Bersikaplah sederhana dan tidak berlebihan ketika makan;
- Mulailah makan dari hidangan atau porsi yang terdekat dengan kita;
- Jangan memenuhi mulut dengan makanan yang terlalu banyak;
- Jangan banyak bicara ketika sedang makan;
- Jika memungkinkan, makanlah bersama-sama (tidak berpencar sendiri);
- Jika makan bersama-sama dari satu tempat makan, jangan mengembalikan makanan yang tersisa di tangan ke tempat makan. Jadi cukup ambil suapan seperlunya saja sehingga tidak bersisa di tangan;
- Jangan mengeluarkan suara keras ketika sedang mengunyah makanan karena akan mengganggu orang lain;
- Jangan mengawasi dan melihat-lihat orang yang sedang makan, karena orang yang diawasi akan merasa terganggu dan mengurangi selera makannya
- Jangan menyisakan makanan di piring (tempat makan);
- Dianjurkan untuk membersihkan tangan dan jari-jari dengan mulut ketika selesai makan;
- Jika ada makanan yang jatuh, jika memungkinkan, dipungut, dibersihkan, lalu dimakan kembali;
- Setelah selesai makan, bacalah hamdalah: “Alhamdulillah“;
- Cuci tangan kembali setelah makan.
- Setelah subuh, Rasulullah SAW meminum segelas air yang dicampur dengan sesendok madu asli;
- Ketika masuk waktu dhuha, Rasulullah SAW selalu makan tujuh butir kurma matang;
- Menjelang sore hari, Rasulullah SAW mengkonsumsi cuka dan minyak zaitun, tentu saja dikonsumsi dengan makanan pokok, seperti roti
- Di malam hari, menu utama Rasulullah SAW adalah sayur-sayuran;
- Jika sedang berpuasa, Rasulullah SAW berbuka dengan segelas susu dan kurma, kemudian sholat magrib;
- Tidak makan lebih dari satu jenis makanan panas atau makanan dingin secara bersamaan;
- Tidak makan ikan dan daging dalam satu waktu;
- Tidak langsung tidur setelah makan;
- Tidak terlalu banyak makan daging.
- Tsarid, yaitu campuran roti dan daging dengan kuah air masak (mirip bubur ayam);
- Buah yathqin atau labu manis;
- Anggur.
Doa sebelum makan yang berbunyi: “Allahumma baarik llanaa fiima razaqtanaa waqinaa adzaa ban-naar”, yang artinya: “segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada kami dan menunjuki kami”, serta doa setelah makan yang berbunyi: “Alhamdulillahilladzi ath’amana wa saqana fa arwana wa kullul ihsan ataana”, yang artinya: “segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada kami dan menunjuki kami.
Dan segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan minum kepada kami sampai kami puas dan
segala
kebaikan yang telah datang kepada kami”, disebut oleh Imam Bukhori dan
Imam Abu Hatim sebagai: ”Mungkarul hadits jiddan (hadits yang sangat
munkar).” Demikian diterangkan oleh Imam Dzahabi di Mizan-nya
(3/548-549) dan Al Hafizh Ibnu Hajar dikitabnya Lasaanul Mizan
(5/165-166) dan Imam Al’Uqailiy di kitabnya Adh Dhu’afaa’ (4/67-68).
Wallahu’alam bishawab
Terdapat hadits yang disandarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai ada seorang muslim dalam makan, yaitu jangan berlebihan makan sampai kenyang yang membuat malas dan merusak kesehatan. Hadits tersebut adalah,
“Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang“
Hadits ini dhaif, akan tetapi maknanya benar.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata,
“Maknanya benar, namun sanadnya dha’if, silakan merujuk ke kitab Zaadul Ma’ad dan Al Bidayah Wan Nihayah. Bermanfaat bagi seseorang jika makan ketika sudah sudah lapar atau sedang membutuhkan. Dan ketika makan, tidak boleh berlebihan sampai kekenyangan. Adapun kekenyangan yang tidak membahayakan, tidak mengapa”.
Maknanya memang benar sebagaimana dikuatkan dengan hadits dan penjelasan ulama yang lainnya. Rasulullah shallallahi ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut.
Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan
punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga
perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga
lagi untuk bernafas”.
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan,
“Karena kekenyangan membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah”.
Bahkan kekenyangan hukumnya bisa haram, Ibnu Hajar rahimahullah berkata,
“Larangan kekenyangan dimaksudkan pada kekenyangan yang membuat penuh perut dan membuat orangnya berat untuk melaksanakan ibadah dan membuat angkuh, bernafsu, banyak tidur dan malas. Bisa jadi hukumnya berubah dari makruh menjadi haram sesuai dengan dampak buruk yang ditimbulkan (misalnya membahayakan kesehatan, pent)”.
Referensi:
Terdapat hadits yang disandarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai ada seorang muslim dalam makan, yaitu jangan berlebihan makan sampai kenyang yang membuat malas dan merusak kesehatan. Hadits tersebut adalah,
نحن قوم لا نأكل حتى نجوع وإذا أكلنا لا نشبع
“Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang“
Hadits ini dhaif, akan tetapi maknanya benar.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata,
هذا المعنى صحيح لكن السند فيه ضعيف. [يراجع في زاد المعاد
والبداية لابن كثير]. وهذا ينفع الإنسان إذا كان يأكل على جوع أو حاجة،
وإذا أكل لا يسرف في الأكل ، ويشبع الشبع الزائد، أما الشبع الذي لا يضر
فلا بأس به
“Maknanya benar, namun sanadnya dha’if, silakan merujuk ke kitab Zaadul Ma’ad dan Al Bidayah Wan Nihayah. Bermanfaat bagi seseorang jika makan ketika sudah sudah lapar atau sedang membutuhkan. Dan ketika makan, tidak boleh berlebihan sampai kekenyangan. Adapun kekenyangan yang tidak membahayakan, tidak mengapa”.
Maknanya memang benar sebagaimana dikuatkan dengan hadits dan penjelasan ulama yang lainnya. Rasulullah shallallahi ‘alaihi wa sallam bersabda,
ما ملأ آدميٌّ وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم أكلات يُقمن صلبَه، فإن كان لا محالة، فثُلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفَسِه
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan,
لان الشبع يثقل البدن، ويقسي القلب، ويزيل الفطنة، ويجلب النوم، ويضعف عن العبادة
“Karena kekenyangan membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah”.
Bahkan kekenyangan hukumnya bisa haram, Ibnu Hajar rahimahullah berkata,
وما جاء من النهي عنه محمول على الشبع الذي يثقل المعدة
ويثبط صاحبه عن القيام للعبادة ويفضي إلى البطر والأشر والنوم والكسل وقد
تنتهي كراهته إلى التحريم بحسب ما يترتب عليه من المفسدة
“Larangan kekenyangan dimaksudkan pada kekenyangan yang membuat penuh perut dan membuat orangnya berat untuk melaksanakan ibadah dan membuat angkuh, bernafsu, banyak tidur dan malas. Bisa jadi hukumnya berubah dari makruh menjadi haram sesuai dengan dampak buruk yang ditimbulkan (misalnya membahayakan kesehatan, pent)”.
Demikian semoga bermanfaat.
Referensi:
- Rasulullah SAW bersabda: “Cukuplah bagi manusia untuk mengkonsumsi beberapa suap makanan saja untuk menegakkan tulang sulbinya (rusuknya)”
- Rasulullah SAW bersabda: “Jika tidak bisa demikian, maka hendaknya ia memenuhi sepertiga lambungnya untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk bernafas”
- Apabila seseorang di antara kamu memakan makanan, katakanlah ‘Bismillah’. Apabila lupa pada permulaannya, katakanlah ‘Bismillahi fii awwalihi wa aakhirihi.’” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
- Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku tidak makan dengan bersandar”
- Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang makan tujuh butir korma, maka akan terlindungi dari racun”